Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, sesekali David Glasheen pergi ke pulau besar untuk membeli bahan makanan.
Dalam kesehariannya, ia menanam sayuran, menangkap kepiting, dan ikan, sebagian dimasak dan sebagian lainnya ia jual.
David Glasheen juga memanfaatkan air tawar yang disimpan dari air hujan yang diambil dari bukit dekat dengan pulau tersebut untuk air minumnya sehari-hari.
Untuk menghilangkan rasa kesepiannya, ia pun ditemani seekor anjing yang bernama Quassi dan sebuah manekin yang dianggap sebagai pacarnya.
Karena kisahnya yang cukup fenomenal ini, media besar Australia dan Inggris BBC pun mengangkat dan menayangkan kisah David Glasheen yang hidup sebatang kara di pulau terpencil tersebut.
Baca juga: Kiamat Makin Dekat, Ibu dan Anak Pengedar Sabu Digerebek Saat Berhubungan Badan
Tak hanya itu, ia bahkan juga dinobatkan sebagai Robinson Crusoe dari Australia.
Lalu berlanjut pada 2017 lalu, kisah David Glasheen didokumentasikan setelah 20 tahun hidup sendiri di Pulau Restoration.
Meski ia tampak menikmati hidupnya di pulau itu, rupanya David Glasheen sempat terpukul setelah dua anjingnya mati.
Anjing pertamanya bernama, Quassi, dikabarkan mati kena badai. Sementara anjing keduanya, Polly diduga mati digigit ular beracun.
"Itu adalah kerugian besar bagi David. Quassi adalah sahabatnya dan satu-satunya sahabat di pulau itu selama bertahun-tahun. Karena itu David Glasheen menginginkan anjing baru dan menemukan Polly," kata Alvaro Cerezo, orang yang mendokumentasikan kehidupan David Glasheen.
Anjingnya yang bernama Polly, berusia tiga tahun, bukan anjing domestik tetapi anjing liar.
Menurut cerita Cerezo, Polly adalah anjing yang sangat pintar.
Ia lantas menceritakan kronologi matinya anjing tersebut.