Kini, komputer pertamanya itu masih ia simpan dan menjadi cinta pertama dirinya dengan teknologi.
Di usia 13 tahun, Figgers sudah lihai mengotak-atik komputer sampai-sampai membuat petugas Kota Quincy menyewanya untuk memperbaiki komputernya.
Dua tahun kemudian, Figgers memulai perusaan pertamanya, Figgers Computers. Ia memperbaiki komputer di ruang tamu orang tuanya dan membantu klien menyimpan data di server yang ia buat.
Ia sudah memiliki 179 klien saat usianya baru menginjak 17 tahun.
Figgers memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah dan membangun basis data cloud-nya sendiri. Kendati demikian ia mengaku tak merekomendasikan jalan hidupnya itu kepada semua orang.
Bisnisnya mulai berkembang kala tahun 2012 ia menjual program pelacak GPS ke sebuah perusahaan di Kansas senilai 2.2 juta dolar.
Ia menciptakan program itu terinspirasi oleh ayahnya yang menderita Azheimer sehingga sering berkeliaran dan membuat seisi rumah bingung. Ia pun membuat perangkat itu ke sepatunya agar bisa melacak keberadaan sang ayah ketika keluar rumah.
Tak lama setelah ia memulai Figgers Communication dan kariernya semakin memuncak, Figgers mengalami musibah saat ayahnya meninggal dunia di tahun 2012.
Figgers mengaku sangat bersyukur memiliki ayah dan ibu seperti Nathan dan Betty Figgers. Mereka yang mengajarinya untuk tidak menyerah pada keadaan.
Baca juga: Tak Terima Ditegur, 3 Pengendara Mobil Memaki dan Keroyok Pengendara Motor
Kekinian, Figgers menjadi seorang pendiri perusahaan telekomunkasi dengan nilai 62 juta dolar atau sekitar Rp922 miliar.
Ia juga cukup sering menyumbang donasi kepada korban bencana alam, memberikan beasiswa perguruan tinggi, maupun bantuan perlengkapan sekolah untuk guru yang kekurangan uang. [*/Jly]
Berita ini sebelumnya dimuat Suara.com jaringan Padangkita.com dengan judul "Dibuang ke Tempat Sampah saat Bayi, Pria Ini Kini Jadi Miliarder".