Berita viral terbaru: Pendiri perusahaan telekomunikasi bernilai Rp922 miliar, Freddie Figgers mengalami pengalaman pahit yang menjadi titik balik kehidupannya. Ia pernah dibuang ke tempat sampah sewaktu bayi.
Padangkita.com - Siapa yang menyangka jika Freddie Figgers, seorang CEO sebuah perusahaan telekomunikasi bernilai jutaan dolar Amerika ternyata pernah dibuang di tempat sampah ketika kecil.
Peristiwa itu membuat Figgers dijuluki sebagai 'bayi sampah' oleh teman-temannya saat di sekolah.
Baca juga: Kisah Pilu Seorang Janda Tinggal di Gubuk, Membuat Warga Empati
Menyadur dari Washingtonpost.com, Figgers lahir pada tahun 1989. Tak lama setelah kelahitannya, Figgers dibuang di sebelah tempat sampah di daerah pedesaan di Florida.
Seorang warga yang melintas menemukan Figgers kecil dan memanggil polisi untuk mendapat bantuan. Bayi itu mengalami beberapa luka ringan sehingga harus dirawat di rumah sakit selama beberapa hari.
Usai mendapat perawatan, Figgers kemudian dibawa ke panti asuhan. Tak lama hidup di panti asuhan, pasangan yang mengirim Figgers ke panti asuhan, Nathan dan Betty Figgers kemudian menjemput dan mengadopsinya.
Ia kemudian disekolahkan di sebuah sekolah dasar. Di sekolah itu, Freddie Figgers mendapat perundungan. Teman-temannya menjulukinya "bayi sampah" usai mengetahui bahwa Figgers pernah ditemukan di tempat sampah.
Figgers menjelaskan bahwa ia tinggal di pedesaan sehingga kabar tentangnya beredar begitu cepat.
Saat orang tua asuhnya mengatakan kondisi Figgers kepada orang-orang, ia mengaku merasa malu saat itu.
Namun, ketika ia menginjak usia 9 tahun, ia mengalami titik balik dalam hidupnya. Ayahnya membelikan sebuah komputer Macintosh 1989 rusak di sebuah toko barang bekas seharga 25 dolar Amerika.
Baca juga: Wanita Cantik Ini 2 Tahun Jadi Korban Teror, Dikirimi HP Hingga 1 Truk Kelapa
Nathan Figgers yang bekerja sebagai petugas pemeliharaan di Florida State University meletakkan komputer yang ia beli itu di atas meja dapur agar Figgers kecil bisa mengotak-atiknya.
Komputer rusak itu akhirnya berhasil diperbaiki oleh Figgers. Ia bisa menyalakan komputer itu dengan menginstal beberapa komponen yang ia ambil dari radio tua milik ayahnya.
Kini, komputer pertamanya itu masih ia simpan dan menjadi cinta pertama dirinya dengan teknologi.
Di usia 13 tahun, Figgers sudah lihai mengotak-atik komputer sampai-sampai membuat petugas Kota Quincy menyewanya untuk memperbaiki komputernya.
Dua tahun kemudian, Figgers memulai perusaan pertamanya, Figgers Computers. Ia memperbaiki komputer di ruang tamu orang tuanya dan membantu klien menyimpan data di server yang ia buat.
Ia sudah memiliki 179 klien saat usianya baru menginjak 17 tahun.
Figgers memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah dan membangun basis data cloud-nya sendiri. Kendati demikian ia mengaku tak merekomendasikan jalan hidupnya itu kepada semua orang.
Bisnisnya mulai berkembang kala tahun 2012 ia menjual program pelacak GPS ke sebuah perusahaan di Kansas senilai 2.2 juta dolar.
Ia menciptakan program itu terinspirasi oleh ayahnya yang menderita Azheimer sehingga sering berkeliaran dan membuat seisi rumah bingung. Ia pun membuat perangkat itu ke sepatunya agar bisa melacak keberadaan sang ayah ketika keluar rumah.
Tak lama setelah ia memulai Figgers Communication dan kariernya semakin memuncak, Figgers mengalami musibah saat ayahnya meninggal dunia di tahun 2012.
Figgers mengaku sangat bersyukur memiliki ayah dan ibu seperti Nathan dan Betty Figgers. Mereka yang mengajarinya untuk tidak menyerah pada keadaan.
Baca juga: Tak Terima Ditegur, 3 Pengendara Mobil Memaki dan Keroyok Pengendara Motor
Kekinian, Figgers menjadi seorang pendiri perusahaan telekomunkasi dengan nilai 62 juta dolar atau sekitar Rp922 miliar.
Ia juga cukup sering menyumbang donasi kepada korban bencana alam, memberikan beasiswa perguruan tinggi, maupun bantuan perlengkapan sekolah untuk guru yang kekurangan uang. [*/Jly]
Berita ini sebelumnya dimuat Suara.com jaringan Padangkita.com dengan judul "Dibuang ke Tempat Sampah saat Bayi, Pria Ini Kini Jadi Miliarder".