Meski begitu, tidak ada seorang pun yang menyimpan kecurigaan padanya. Berkat aksinya yang tidak pernah ketahuan, Jane akhirnya menjadi ketagihan dan melanjutkan aksi keji itu kepada beberapa pasien lainnya.
Namun sebaik-baiknya orang menyembunyikan bangkai lama kelamaan baunya akan tercium juga. Begitu pula yang dialami Jane, pada tahun 1890 ia akhirnya dipecat karena tuduhan pencurian barang berharga dan uang milik pasien.
Tak berhenti di sana, Jane kemudian bekerja sebagai perawat pribadi sebelum kembali ke Cambridge Hospital. Hal itu ia lakukan untuk mendapatkan lisensi keperawatan.
Tindakan gilanya meracuni pasien masih terus dilakukan. Suatu hari seorang dokter pernah mendapati seorang pasien yang tewas di tangan Jane, tetapi hal itu dianggap sebagai kelalaian dan bukan pembunuhan.
Jane lalu melanjutkan aksi pembunuhannya itu dengan bekerja sebagai perawat freelance disalah satu rumah sakit. Ia bahkan membunuh temannya sendiri, Myra dan Elizabeth, yang sudah menganggapnya seperti saudara.
Baca juga: Alamak! Dikira Lagi "Ena-ena" Ibu Kades yang Janda dan Bapak Kades Sebelah Digerebek
Sekitar tahun 1900, aksi pembunuhan berantai Jane akhirnya berhasil terungkap. Polisi berhasil menyelidiki kasus kematian sebuah keluarga yang ternyata salah satu korban Jane.
Saat di tangkap dan di interogasi, Jane mengaku sudah membunuh sebanyak 31 orang pasiennya.Namun polisi menduga jumlah korban bisa lebih banyak dari itu.
Pada polisi, Jane mengaku bahwa dirinya memiliki gairah yang tinggi saat melihat orang yang sedang sekarat. Hal ini membuat pengadilan memutuskan bahwa dirinya mengalami gangguan kejiwaan. Jane akhirnya dikirim ke salah satu rumah sakit jiwa di Boston untuk menjalani perawatan kejiwaan seumur hidup di sana. [*/Prt]