"Selama penjajahan, nilai-nilai lain masuk, dari pemerintahan, berbeda dari nilai-nilai tradisional yang kami miliki dan oleh karena itu ada konflik terus-menerus antara nilai-nilai tradisional dan nilai-nilai barat modern," ungkap Fon Abumbi II, yang telah memerintah wilayah Bafut, fondom terbesar di dunia selama 47 tahun.
"Peran saya adalah untuk memadukan mereka, untuk menemukan jalan ke depan sehingga rakyat saya dapat menikmati buah dari perkembangan dan modernitas tanpa menghancurkan budaya mereka. Tanpa budaya, kita bukan manusia, kita adalah binatang. Dan karena itu, lembaga kepala suku adalah penjamin budaya kita," lanjutnya.
Meskipun poligami sering mendapat kritik di Barat, ada beberapa anggapan bahwa tradisi ini sebenarnya berharga.
Ada banyak hal yang tak terduga berasal dari dalam praktik yang mungkin tak terlihat sekilas mata.
Misalnya saja, sebuah fakta bahwa para istri ini ternyata merupakan bangsawan yang sangat berpestrasi.
Contohnya ratu dari Fon Ndofua Zofia II dari Babungo, salah satu penguasa tradisional termuda di Kamerun, yang mampu berbicara bahasa Inggris dengan lancar di wilayah yang berbahasa Prancis. Ia juga dikenal memiliki skill pemasaran yang hebat.
Bagaimanapun penilaian luar tentang gaya hidup raja di Afrika ini, tetap saja mereka tidak bisa dianggap sebelah mata karena itu adalah tuntutan tradisi leluhur mereka.
Sama seperti di Inggris, kerajaan dan raja Afrika terikat dengan budaya dan sejarah yang kaya. Warisan istri ayah mereka tidak lain adalah kewajiban moral.
Kontradiksi yang tampak inilah yang membuat hidup dalam fondom menarik dan membingungkan.
Apakah mereka terjebak di masa lalu atau mengimbangi zaman yang berlaku saat ini?
Seperti halnya Abumbi II, yang mungkin telah "mewarisi" 72 istri dan lebih dari 500 anak setelah kematian ayahnya. Meski begitu, ia tetap menganggap dirinya sebagai raja yang sangat modern.
"Untuk menjalankan kerajaan saat ini di era ini, kamu harus dididik karena segala sesuatunya bergerak sangat cepat. Seperti dulu, pendidikan itu ringan, ketidaktahuan adalah kegelapan." ungkap Abumbi II, raja dengan 72 istri tersebut. [*/Jly]