Vietnam Berhasil Melawan Covid-19

Virtuous Setyaka: Perubahan Struktural Pertanian

Virtuous Setyaka. (Foto: Dokumentasi pribadi)

"Inti dari seluruh keberhasilan upaya perlawanan Vietnam terhadap pandemi global Covid-19 adalah rakyatnya yang mau diatur oleh pemerintahnya. Mungkin karena kepemimpinan komunisme yang bercirikan satu komando dan satu tujuan..."

Salah satu informasi penting dalam perlawanan global melawan pandemi global Covid-19 adalah tentang keberhasilan Vietnam sebagai negara-bangsa. Bahkan, negara-bangsa di Barat disebut-sebut harus belajar dari Vietnam.

Vietnam adalah sebuah negara yang bernama resmi Republik Sosialis Vietnam. Secara geografis adalah negara paling timur di Semenanjung Indochina di Asia Tenggara. Vietnam berbatasan langsung dengan Republik Rakyat Tiongkok di sebelah utara, Laos di sebelah barat laut, Kamboja di sebelah barat daya dan di sebelah timur terbentang Laut China Selatan.

Vietnam dipimpin oleh Pemerintahan Kesatuan Marxis-Leninis dalam satu partai sosialis republik. Sekretaris Jenderal Partainya adalah Nguyễn Phú Trọng, dengan Presidennya adalah Nguyễn Phú Trọng, sedangkan Wakil Presidennya adalah Đặng Thị Ngọc Thịnh, lalu Perdana Menterinya Nguyễn Xuân Phúc, kemudian Ketua Majelis Nasionalnya adalah Nguyễn Thị Kim Ngân, dan Ketua Legislatif adalah Quốc Hội.

Vietnam Menghadapi Pandemi Global Covid-19

Ketika pertama kali mendapat berita tentang pandemi global Covid-19, besoknya mereka langsung menutup sekolah dan melakukan social distancing. Dalam 14 hari perintah untuk karantina, Pemerintah Vietnam langsung mengarantina semua orang China dan Korea Selatan yang datang kesana. Bahkan untuk semua orang Vietnam yang baru kembali dari Eropa dan Amerika.

Karantina 14 hari diberlakukan umum untuk semua masyarakat di sana tanpa pengecualian. Selama dikarantina, semua orang diperlakukan dengan baik dan manusiawi tanpa memandang berbagai jenis perbedaan. Ada juga penyediaan barang-barang kesehatan dan bahan-bahan pokok kebutuhan sehari-hari.

Berikutnya transparansi informasi via teknologi dan media sosial. Vietnam selalu membuka jejak rekam korban, menelusuri ke mana saja alur pergi dan keluar si korban, mengapa bisa terinfeksi. Sebagiannya diumumkan di website atau laman daring dan via pesan singkat atau SMS.

Hal ini dilakukan untuk mendapatkan info sebanyak-banyaknya untuk bisa menganalisis siapa saja korban atau suspect berikutnya. Pemerintah Vietnam pun membuat mobile application bernama NCOVI.

Orang bisa mengunggah kemana saja bepergian, informasi Covid-19, dan info hotspot di mana saja daerah yang banyak terjangkit, dan sebagainya. Pemerintah beserta social influencer atau orang yang mampu mempengaruhi banyak orang membuat video-video dan konten yang berisi tentang mencuci tangan via YouTube, TikTok, dan sebagainya.

Vietnam adalah negara pertama yang bisa menyiapkan peralatan medis tercepat dalam waktu satu bulan, sedangkan WHO menyatakan bahwa peralatan tersebut membutuhkan waktu sampai empat tahun. Peralatan medis tersebut dikembangkan dan diproduksi oleh Institute of Biotechnology, dibawah pengawasan the Vietnam Academy of Science and Technology, harga peralatan tersebut hanya dibanderol 15 dollar AS.

Hasilnya dapat diketahui hanya dalam waktu 80 menit, keakuratannya mencapai 100% dan bisa digunakan hingga lima kali tes atau pengujian. Bahkan ada 20 negara yang telah memesan sekira 10 ribuan paket peralatan medis ini. Vietnam sendiri mampu untuk memproduksi sampai 10 ribuan paket per hari.

Selanjutnya dalam menghadapi kedatangan turis asing, situs web pariwisata resmi Pemerintah Vietnam, menyediakan panduan untuk tetap aman dengan panduan bacaan situasi Covid-19 di Vietnam serta praktik terbaik untuk para pelancong. Sumber daya yang disediakan adalah travel kit, peta kota, dan lainnya yang bisa diunduh. Selain itu juga siaran pers yang dapat dibaca mengenai berita industri terbaru dari Vietnam.

Meskipun demikian, Pemerintah Vietnam telah mengeluarkan aturan baru terkait kedatangan warga negara asing ke negara tersebut. Aturan baru dimulai pada tanggal 18 Maret 2020 pukul 00.00 waktu setempat hingga 30 hari ke depan (18 April 2020).

Bagi mereka yang masuk ke Vietnam untuk tujuan diplomatik atau hal-hal khusus lainnya seperti manajer bisnis, pakar dan pekerja berketerampilan tinggi, Kementerian Keamanan Publik, Pertahanan Nasional, Luar Negeri, dan Kesehatan Vietnam akan memutuskan apakah perlu mengeluarkan visa. Mereka harus memenuhi deklarasi kesehatan dan mengikuti prosedur karantina 14 hari. Mereka harus membawa sertifikat resmi yang mengonfirmasi bebas dari virus corona, dikeluarkan oleh otoritas berkompeten dari negara asal.

Ketika disetujui oleh Pemerintah Vietnam, maka akan diizinkan masuk ke negara itu tetapi harus diisolasi di perusahaan akomodasi mereka.

Agen perwakilan dari negara-negara di Vietnam bertanggung jawab atas pemantauan medis mereka. Sebelumnya, PM Vietnam telah memerintahkan penangguhan semua penerbangan internasional yang datang ke Vietnam, tanpa memberikan jangka waktu tertentu.

Mengapa Vietnam Berhasil?

Di Vietnam, sebelumnya seluruh pasien Virus Corona yang berjumlah 16 orang telah dinyatakan sembuh, namun perkembangan virus membuat angkanya kini menjadi 68 orang. Namun secara umum, Vietnam berhasil menangani bahkan melawan pandemi global tersebut.

Keberhasilan Vietnam di antaranya karena pertama, peralatan tes kesehatan yang terjangkau, cepat, dan efesien; kedua, perintah karantina 14 hari; dan ketiga, transparansi informasi melalui teknologi dan media sosial; keempat, ketegasan pemerintah Vietnam tanpa pandang bulu kepada siapapun yang masuk bahkan keluar dari negaranya.

Inti dari seluruh keberhasilan upaya perlawanan Vietnam terhadap pandemi global Covid-19 adalah rakyatnya yang mau diatur oleh pemerintahnya. Mungkin karena kepemimpinan komunisme yang bercirikan satu komando dan satu tujuan, sehingga rakyatnya justru lebih gampang diatur dalam situasi gawat darurat dan kondisi kritis. Selain itu dari sisi masyarakatnya, secara sosio-kultur Timur yang menghargai komunitas, serta mau dan mampu bergotong royong. (*)


Virtuous Setyaka
Dosen HI FISIP Unand, Aktivis Koperasi MDM, Mentor GSC Indonesia.

Tag:

Baca Juga

Kolom Wiko Saputra: Korupsi Birokrasi Sumbar, Korupsi Sumbar, Budaya Korupsi
Kasus Nurdin Abdullah, Hati-hati Buat Mahyeldi
Dokumenter Film Festival: Sebuah Kecerobohan Berbahasa
Dokumenter Film Festival: Sebuah Kecerobohan Berbahasa
Daerah Istimewa Minangkabau
Daerah Istimewa Minangkabau
Kolom: Nurul Firmansyah
Konflik Agraria dan Pengakuan Hak Masyarakat Adat
Kolom Wiko Saputra: Korupsi Birokrasi Sumbar, Korupsi Sumbar, Budaya Korupsi
Antivaksin di Sumbar
Opini Holy Adib
Salah Kaprah Penggunaan Frasa Tes Swab di Media Massa (Daring)