Berita viral terbaru: Berikut ini deretan rumah adat yang terdapat di Sumatra Utara. Mulai dari yang unik hingga mengandung banyak makna yang sarat akan budaya masyarakatnya.
Padangkita.com - Sumatra Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang menyimpan beragam budaya yang secara turun temurun diwariskan pada masyarakatnya.
Di sana, terdapat sejumlah upacara adat hingga rumah adat yang kental akan nilai budaya dan warisan leluhur.
Baca juga: Borong Tiket Delay, Wanita Ini Raup Untung Miliaran
Menariknya, rumah adat di Sumatra Utara tidak hanya satu lho. Setidaknya ada tujuh rumah adat yang terdapat di daerah yang populer dengan kata 'horas' tersebut. Setiap rumah adat itu bahkan punya sejarah dan filosofi masing-masing.
Mau tahu apa saja? Berikut ulasannya dirangkum dari berbagai sumber.
Rumah Adat Mandailing
Rumah adat Mandailing yang sering juga disebut dengan nama Bagas Godang, biasanya berada di tengah komplek perumahan Suku Mandailing. Keunikan dari rumah ini, tiang penyangga rumah akan selalu berjumlah ganjil, namun bentuknya tetap seperti rumah panggung dengan bentuk persegi empat.
Bagas Godang terdiri dari beberapa bagian, yaitu sopo jago yang merupakan tempat duduk untuk menjaga keamanan, sopo gondang yaitu tempat menyimpan barang sakral dan alat kesenian suku, serta sopo eme yang merupakan tempat penyimpanan hasil pertanian dan bahan makanan untuk masyarakat setempat.
Rumah Adat Karo
Rumah adat Karo bangunannya terbilang sangat besar. Dalam satu rumah terdiri dari empat hingga enam tungku perapian dan biasanya dihuni oleh empat hingga dua belas keluarga. Masing-masing terdiri dari lima orang (suami, istri dan tiga orang anak).
Rumah adat Karo kurang lebih berukuran 17Ă—12 meter dan tinggi 12 meter. Bangunan ini dibangun dengan enam belas tiang yang bersandar pada batu-batu besar dari gunung atau sungai.
Sedangkan untuk atapnya, dijalin dengan ijuk hitam dan diikatkan kepada sebuah kerangka dari anyaman bambu.
Rumah Adat Nias
Rumah adat di Nias terbagi menjadi dua, yaitu Nias Selatan dan Nias Utara. Uniknya, semua rumah adat Nias ini terbuat dari kayu yang digabung tanpa menggunakan paku sama sekali. Bangunan rumah ini dibangun di atas tiang yang kuat dari batang kayu dan atap sisi yang dilapisi daun rumbia.
Rumah adat Nias sangat terkenal akan kekuatannya yang tahan gempa. Rumah adat Nias di bagian utara berbentuk lonjong dan berdiri sendiri. Sementara di bagian selatan lebih berbentuk persegi panjang dan dibangun dinding ke dinding dengan rumah-rumah tetangga.
Rumah Adat Bolon
Rumah adat Bolon berbentuk rumah panggung yang hampir seluruh bagiannya dibuat menggunakan bahan yang diperoleh dari alam. Untuk menguatkan ikatan antar bahan hingga dapat bersatu, rumah ini juga tidak menggunakan paku satu pun. Bangunan rumah ini dibuat dengan sistem kunci antarkayu yang kemudian diikat menggunakan tali.
Pada bagian atas pintu, biasanya terdapat gorga atau lukisan hewan, seperti cicak dan kerbau yang didominasi dengan warna merah, hitam, dan putih. Gambar cicak merupakan simbol bahwa masyarakat Batak adalah masyarakat yang memiliki rasa persaudaraan yang begitu kuat antar sesamanya, sedangkan gambar kerbau adalah simbol ucapan terima kasih.
Rumah Adat Angkola
Rumah adat Angkola juga dinamai Bagas Godang seperti rumah adat Mandailing. Namun, keduanya memiliki perbedaan.
Rumah adat Angkola atapnya dibuat menggunakan bahan dari ijuk dan dinding serta lantainya dari papan. Ciri khas rumah adat Angkola terletak pada warnanya yang didominasi hitam.
Rumah Adat Simalungun
Rumah adat Simalungun cukup unik dengan bentuk rumah panggung yang memiliki kolong rumah cukup tinggi, yaitu sekitar 2 meter. Selain sebagai tempat untuk memelihara hewan ternak, kolong rumah juga difungsikan sebagai gudang.
Salah satu ciri khas rumah adat Simalungun adalah kaki bangunan yang terbuat dari kayu utuh atau gelondongan dengan susunan menyilang dari sudut ke sudut. Pada bagian atap, di anjungan rumah diberi limasan berbentuk kepala kerbau lengkap dengan tanduk kerbaunya.
Kerbau sendiri dalam kebudayaan Suku Batak Simalungun merupakan simbol kesabaran, keberanian, kebenaran, dan sebagai penolak bala atau penangkal roh jahat.
Rumah Adat Pakpak
Berbeda dengan rumah adat lainnya yang digunakan sebagai tempat hunian, rumah adat Pakpak lebih sering digunakan untuk acara adat dan musyawarah masyarakat setempat. Bagian atapnya terbuat dari ijuk dengan bentuk kapal terbalik yang melengkung.
Baca juga: Ini Wajah Baru Personil Trio Macan, Tetap Cantik dan Seksi
Rumah adat ini memiliki filosofi bangunan yang unik, yaitu kuat dan berani menghadapi apapun untuk mempertahankan kebudayaan Pakpak. Dua tiang besar yang terdapat di bagian depan rumah memiliki arti sebagai kerukunan antar pasangan. [*/Jly]