Berita viral terbaru: Manusia kurcaci mendiami salah satu Desa di China mereka memiliki tinggi 90 cm. Hal ini disebabkan karena paparan Merkuri.
Padangkita.com - Cerita tentang kurcaci atau manusia kerdil lazim kita temui di dalam cerita dongeng puteri salju atau film fantasi.
Namun, ternyata kamu bisa menemukan sebuah desa yang dihuni oleh manusia-manusia kerdil di kehidupan nyata. Selain di Iran yang ada desa Kurcaci, kamu bisa menumukan mereka di China.
Sebuah desa yang bernama Yangsi di Beijing, China misalnya. Terletak di provinsi Sichuan di China barat daya, sebanyak 40 persen warga yang tinggal di Yangsi umumnya memiliki tinggi badan hanya 90 sentimeter dan yang paling pendek memiliki tinggi sekitar 60 sentimeter.
Baca juga: Fredy: Terlahir Sebagai Yahudi, Meninggal Sebagai Syeikh
Dari 80 orang warga yang tinggal di desa ini, 36 di antaranya adalah manusia bertubuh kerdil. Sampai saat ini, ilmuwan pun masih belum bisa menemukan apa penyebab warga bisa mengalami hal demikian.
Para peneliti telah mencoba semua metode, mulai dari menguji butiran tanah hingga air di wilayah itu untuk mengetahui alasan dibalik kondisi tersebut.
Menurut para tetua desa, pada tahun 1951 penyakit misterius ditemukan di wilayah tersebut dan menyebabkan para warganya memiliki kaki pendek. Wabah misterius itu menyerang anak-anak berusia antara 5 hingga 7 tahun.
Akibat wabah tersebut para warga berhenti tumbuh dan tetap bertubuh pendek hingga mereka tua, bahkan ada beberapa yang mengalami kecacatan.
Warga Yangsi meyakini bahwa ada kekuatan roh jahat seperti kutukan leluhur, legenda memakan kura-kura yang membawa kutukan, dan feng shui desa yang buruk menyebabkan kesialan mereka.
Banyak versi mengenai legenda yang bercerita awal mula para penduduk tidak memiliki ukuran tubuh seperti manusia normal.
Para tetua adat berpendapat, desa itu dikutuk oleh para nenek moyang di Yangsi, karena tidak diberikan tempat pemakaman yang layak.
Keyakinan lain menyebutkan, Desa Yangsi tidak baik untuk tempat tinggal menurut perhitungan feng shui.
Meskipun alasan-alasan tersebut terdengar cukup aneh, cerita yang paling populer mengenai Desa Yangsi, China ini adalah cerita seekor kura-kura. Menurut cerita, kura-kura hitam dengan kaki aneh ditemukan oleh seorang pria bernama Wang.
Penduduk desa mengalami dilema antara membiarkan kura-kura pergi atau menyantapnya sebagai hidangan makanan.
Namun, karena keinginan banyak orang, kura-kura itu akhirnya disembelih dan dimakan pada suatu acara besar di desa tersebut.
Ketika muncul penyakit yang menyebabkan mereka kerdil, maka penduduk percaya itu sebagai kutukan atas pembunuhan kura-kura. Kutukan itulah yang berimbas kepada anak-anak di Desa Yangsi.
Baca juga: Beberapa Sifat Jelek Golongan Darah A
Saat ini, jumlah penduduk Yangsi kian menyusut setiap tahunnya. Pada tahun 1997, sebuah teori menyatakan, mereka menjadi kerdil karena tanahnya terkena paparan mercury.
Namun, teori itu tidak menjelaskan secara detail dan ilmiah. Meskipun desa ini terlihat unik dan menarik untuk dijadikan tempat wisata, Pemerintah China tidak mengizinkan orang asing untuk mengunjungi Desa Yangsi.
Selama bertahun-tahun, beberapa warga telah meninggalkan wilayah itu karena takut tertular kutukan manusia kerdil tersebut.
Meskipun begitu, generasi muda di desa tersebut saat ini memiliki ukuran tubuh selayaknya manusia normal.
Desa Kurcaci Iran
Di Makhunik, desa yang dijuluki sebagai desa kurcaci di Iran kamu dapat "kurcaci".Para penduduk di Desa Makhunik hanya memiliki tinggi sekitar 50 cm, bahkan tak lebih dari 1 meter.
Desa Makhunik terletak di wilayah paling terpencil, tepatnya di Provinsi Khorasan, Iran Selatan, yang berada tidak jauh dari perbatasan Afghanistan.
Desa Makhunik merupakan sebuah desa kuno yang diperkirakan telah berusia lebih dari 1.500 tahun.
Saat itu, para penduduk di desa ini konon menderita sebuah penyakit dwarfisme, kondisi di mana seseorang mengalami pertumbuhan yang tidak normal.
Karena penduduknya yang mayoritas bertubuh mungil, seluruh rumah di desa ini pun memiliki ketinggian sangat rendah.
Dari ratusan rumah di desa ini, sekitar 70 hingga 80 di antaranya tingginya tak kurang dari 2 meter. Bahkan, setiap rumah di desa ini juga hanya terbuat dari batu dan tanah liat.
Desa ini menjadi salah satu dari tujuh desa dengan arsitektur yang menakjubkan.Menurut salah satu penduduk Desa Makhunik yang bernama Ahmad Rahnama, malnutrisi menjadi salah satu penyebab atas apa yang terjadi di desa ini.
“Ketika saya kecil, saya bahkan tidak pernah meminum teh. Jika saya minum teh, mereka akan menertawai saya dan mengatakan saya adalah pecandu," kata Rahnama.
Tak hanya itu, kondisi geografis Desa Makhunik yang terbilang sulit juga menjadi faktor kenapa para penduduk di desa ini memiliki tubuh mini.
Baca juga: Bayi di Amerika Serikat Lahir dengan 2 Mulut
Memelihara hewan sulit dilakukan di daerah kering, bahkan untuk menanam lobak, gandum, hingga kurma pun tak bisa dilakukan di sini.
Oleh sebab itu, para penduduk desa ada yang sampai jauh-jauh menanam buah atau sayuran di sekitar pegunungan yang ada di Desa Makhunik
Para penduduk Mahkunik hanya mengkonsumsi kashk-benesh, sajian dari buah-buahan atau sayuran sederhana yang terbuat dari whey dan kacang-kacangan sejenis pistachio, serta pokhteek (whey kering dan lobak)
Selain pola makan yang buruk, keadaan terisolasi juga memaksa penduduk hanya bisa menikah di antara keluarga dekat.
Hal tersebut pula yang memungkinkan gen buruk dimiliki oleh kedua orang tua dapat menurun pada anaknya.
Meski begitu, salah satu alasan kuat kenapa desa ini disebut desa kurcaci adalah karena pada tahun 2005, peneliti berhasil menemukan mumi berukuran 25 cm di Desa Makhunik.
Akan tetapi, para peneliti berpendapat bahwa mumi tersebut merupakan mayat bayi prematur yang telah meninggal sekitar 400 tahun yang lalu.
Pada pertengahan abad ke-20, desa ini mulai tersentuh pembangunan jalan dan akses kendaraan yang memudahkan penduduk untuk mencari kebutuhan sehari-hari.
Hal ini pun membuat efek dwarfisme di desa ini secara perlahan mulai berkurang. Sebab, para penduduk bisa mendapatkan nutrisi yang mereka butuhkan seperti orang kebanyakan.
Pada 2016 lalu, ada sekitar 700 orang yang masih tinggal di desa ini. Desain rumahnya pun masih dipertahankan hingga sekarang.
Meski begitu, penduduk Desa Mahkunik masih terjerembab di dalam kehidupan yang sulit.
Para pemuda memilih pergi ke kota untuk mencari pekerjaan, sedangkan para wanita memilih tinggal di desa untuk menenun, dan para lansia harus bergantung dengan pemerintah.
"Meski berada dalam kondisi sulit, para penduduk berharap bahwa keunikan arsitektur dari desa ini bisa memancing wisatawan dan pariwisata akan menciptakan peluang pekerjaan," kata Rahnama. [*/Son]