Setelah itu, dokter melanjutkan untuk menyerangnya selama 20 menit, dan kemudian memanggil seseorang yang diyakini sebagai anggota senior tim, bergabung dalam serangan itu.
Hal yang paling mengejutkan yakni, dokter tim itu bahkan dengan santai melakukan percakapan dengan pelatih.
Dalam serangan tersebut, Choi Sook Hyun mendapat lebih dari 20 tamparan di pipinya, tendangan di dada dan perutnya, dan kepala atlet itu juga didorong ke dinding.
Tak berhenti di sana, si pelatih bahkan mengucapkan kata-kata menyakitkan untuk atlet tersebut.
"Apakah anda ingin mati? Haruskah kita melakukan pengusiran setan?" ucap si pelatih sebelum pergi meningalkan Choi Sook Hyun yang sudah tak berdaya.
Berdasarkan laporan media setempat, setiap kali berat badan Choi Sook Hyun naik, pejabat tim akan membeli roti seharga ₩200 ribu atau setara Rp2,37 juta dan memaksa dirinya untuk memakan roti itu sampai muntah, dan mereka terus mengulangi tindakan itu.
Dalam jurnal pelatihan, Choi Sook Hyun sempat menulis tentang kesulitan yang dihadapinya. Atlet itu mengungkapkan telah ada ratusan kali ia berpikir ingin mengakhiri hidupnya dengan tertabrak mobil atau menikam dirinya sendiri.
Baca juga: Viral, Seorang Ibu di Mesir Tega Suntik Air Keras Pada Bayinya Sendiri
Sebelum meninggal, Choi Sook Hyun semat mengirim pesan teks kepada ibunya untuk mengungkapkan dosa orang-orang yang telah membuatnya tertekan selama menjadi atlet.
"Seorang senior tim mengatakan dia (Choi Sook Hyun) terlihat seperti seorang transgender. Mereka mengatakan sepertinya dia melihat banyak pria juga.
Jadi itu sebabnya saya pikir dia mencoba untuk mulai menghindari orang. Itu sampai pada titik di mana hidup itu sulit," ujar mantan rekan setim Choi Sook Hyun saat mengungkapkan kesulitan yang dihadapi mendiang.
Sebelumnya Choi Sook Hyun telah mencoba menyuarakan keluhannya tentang masalah-masalah yang ia hadapi beberapa kali.
Ia meminta untuk mentransfernya ke tim lain, mengajukan petisi dengan Komite Olahraga dan Olimpiade Korea Selatan, dan bahkan mengajukan keluhan kepada polisi.
Namun sayang, hingga akhir hayatnya, tak ada satu pun yang melihat dirinya. [*/Prt]