Sumbar Memasuki Musim Hujan, Waspada Covid-19

Kolom Padangkita.com: Opini Nofi Yendri Sudiar

Nofi Yendri Sudiar. [Dokumentasi pribadi, diolah Padangkita.com]

Saat musim penghujan udara menjadi lembab dan dingin serta adanya genangan sisa air hujan. Kondisi ini bisa mengakibatkan berkembangnya penyakit menular. Ditambah lagi daya tahun tubuh yang menurun, ini akan menambah risiko terserang berbagai macam penyakit.

Negara Indonesia yang disebut juga dengan istilah Benua Maritim memiliki tiga pola curah hujan. Pola tersebut antara lain pola Monsun, Ekuatorial dan Lokal. Pola monsun memiliki satu  puncak curah hujan yakni pada periode Desember Januari Februari (DJF) dan curah hujan minimum pada periode Juni Juli Agustus (JJA).

Pola Ekuatorial memiliki dua puncak curah hujan yakni yang pertama pada bulan Maret-April dan puncak kedua pada bulan Oktober-November.

Sedangkan pola Lokal merupakan kebalikan dari pola Monsun, dimana puncak musim hujannya pada periode JJA. Pola ini lebih banyak dipengaruhi oleh sifat lokal. Daerah yang mempunyai jenis hujan lokal sangat sedikit di Indonesia, seperti daerah Ambon.

Pola Ekuatorial

Wilayah Sumatera Barat yang dilalui oleh garis khatulistiwa mempunyai pola curah hujan Ekuatorial dimana curah hujannya lebih banyak dibandingkan dengan wilayah lain yang tidak dilalui oleh garis khatulistiwa.

Curah hujan yang tinggi ini dipengaruhi oleh sirkulasi Monsun dan konvergensi intertropis.

Kota Padang yang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Barat terletak di bagian barat yang menghadap Samudera Hindia sangat dipengaruhi oleh angin laut, sehingga hampir sepanjang tahun mengalami udara lembab yang berpotensi memiliki intensitas curah hujan tinggi sepanjang tahun.

Lampiran Gambar

Curah hujan rata-rata bulanan kota Padang periode 1980-2010.

Pengamatan curah hujan di kota Padang selama 31 tahun (1980-2010) di tujuh stasiun pengamatan memperlihatkan bahwa puncak curah hujan pertama adalah pada bulan Maret dan April dan kedua pada bulan November.

Grafik tersebut menunjukkan bahwa kota Padang memiliki intensitas curah hujan rata-rata bulanan di atas 200 mm.

Menurut Oldeman, dimana klasifikasi iklim didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman terutama pada tanaman padi, kota Padang sepanjang tahun iklimnya adalah bulan basah.

Bulan basah didefinisikan sebagai bulan yang mempunyai jumlah curah hujan sekurang-kurangnya 200 mm.

Waspada penyebaran Covid-19

Sampai saat ini sudah lebih dari 500 ribu orang dari 176 negara yang terinfeksi oleh virus corona atau Covid-19 di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia.

Di Indonesia pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 1046 orang, meninggal dunia 87 orang dan sembuh 46 orang (data per 27 Maret 2020 pukul 12:00 WIB).

Untuk Provinsi Sumatera Barat berdasarkan situs resmi Sumbar Tanggap Corona (27/03/2020),  total ODP sebanyak 1024 orang, PDP sebanyak 23 orang, hasil negatif sebanyak 31 orang, positif sebanyak 6 orang dan menunggu hasil 13 orang.

Angka-angka tersebut masih berpotensi untuk terus bertambah apalagi tidak mematuhi anjuran pemerintah.

Pemerintah Provinsi Sumatera Barat beberapa waktu lalu telah mengeluarkan imbauan agar warga Minang yang berada diperantauan untuk tidak pulang kampung dulu.

Imbauan ini dalam rangka memutus rantai penyebaran Covid-19.

Kasus positif pertama di Sumatera Barat diduga dibawa oleh orang yang sehabis bepergian dari luar negeri.

Dari kasus tersebut dapat diambil pelajaran yakni kita harus disiplin untuk selalu mematuhi anjuran pemerintah. Tidak bepergian kemana-mana dan lebih mengutamakan selalu berada di rumah.

Disiplin untuk terus jaga jarak aman, sering cuci tangan dengan sabun atau pakai disinfektan dan tidak memegang hidung, mulut, dan mata.

Bagi warga yang telah dinyatakan sebagai Orang Dalam Pemantauan (ODP), patuhi untuk melakukan isolasi mandiri selama lebih kurang 14 hari. Jangan berkeliaran di luar rumah yang berpotensi membuat masyarakat menjadi resah.

Sumatera Barat yang telah memasuki musim hujan diharapkan kepada warganya untuk selalu menjaga kesehatan.

Apalagi dengan merebaknya virus corona ini, harus lebih ekstra lagi menjaga kesehatan.

Saat musim penghujan udara menjadi lembab dan dingin serta adanya genangan sisa air hujan. Kondisi ini bisa mengakibatkan berkembangnya penyakit menular. Ditambah lagi daya tahun tubuh yang menurun, ini akan menambah risiko terserang berbagai macam penyakit.

Kewaspadaan kita ditambah lagi dengan wabah Covid-19 saat ini.

Siapapun bisa terjangkit, bahkan di China sekitar 50% orang yang terkena Covid-19 tidak mengalami gejala seperti demam, batuk dan lain sebagainya.

Dari pengetahuan yang kita miliki ini diharapkan di musim hujan ini kita selalu menerapkan pola hidup sehat. Selalu meningkatkan imunitas tubuh dengan selalu mengkonsumsi sayur dan buah segar.

Saat cuaca cerah jangan lupa berjemur di bawah terik matahari selama 15 menit sampai setengah jam diantara pukul 9:00-11:00 WIB.

Sinar matahari pagi bermanfaat bagi tubuh untuk meningkatkan metabolisme tubuh dan penyerapan vitamin D.

Berada di bawah matahari akan mengeluarkan keringat dalam tubuh. Berkeringat akan membantu menghilangkan racun dalam tubuh melalui kulit, yang juga dapat membantu fungsi ginjal dan hati. [*]


Nofi Yendri Sudiar
Doktor pada prodi Klimatologi Terapan IPB dan dosen Fisika Universitas Negeri Padang.

Baca Juga

Kolom Wiko Saputra: Korupsi Birokrasi Sumbar, Korupsi Sumbar, Budaya Korupsi
Kasus Nurdin Abdullah, Hati-hati Buat Mahyeldi
Dokumenter Film Festival: Sebuah Kecerobohan Berbahasa
Dokumenter Film Festival: Sebuah Kecerobohan Berbahasa
Daerah Istimewa Minangkabau
Daerah Istimewa Minangkabau
Kolom: Nurul Firmansyah
Konflik Agraria dan Pengakuan Hak Masyarakat Adat
Kolom Wiko Saputra: Korupsi Birokrasi Sumbar, Korupsi Sumbar, Budaya Korupsi
Antivaksin di Sumbar
Opini Holy Adib
Salah Kaprah Penggunaan Frasa Tes Swab di Media Massa (Daring)