Berdasarkan keterangan sumber tersebut, remaja itu ditugaskan di Komando Pengawal Tertinggi, yang melindungi kepemimpinan (Partai Buruh Korea).
“Bocah itu sedang menunggu telepon dari Pyongyang dan siap untuk pergi dengan pemberitahuan sesaat," kata sumber itu.
"Tapi dia membunuh ayahnya, jadi komite partai di wilayah Kimjongsuk menuduhnya melakukan kejahatan. Dia bisa dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atau mati," jelasnya
Baca juga: Unik, Demi Tunjukkan Bukti Suami Istri Pasangan di Filipina Pajang Foto Pernikahan
Lantaran remaja tersebut telah disetujui oleh komite kabupaten untuk bergabung dengan Komando Pengawal Tertinggi, bisa dikatakan komite kabupaten juga dapat dianggap bertanggung jawab atas insiden itu.
"Kami tidak bisa mengatakan sejauh mana tanggung jawab akan terjadi dalam masalah ini," kata sumber.
Berdasarkan wawancara RFA dengan seorang pejabat di Pyongan Utara pada Rabu (15/7/2020), mengatakan sulitnya seleksi untuk masuk Departemen Lima.
Menurut keterangan pejabat itu, remaja tersebut merupakan finalis yang telah lolos dari banyak seleksi.
“Setiap tahun Departemen Lima menginstruksikan setiap partai provinsi untuk merekomendasikan kandidat, dan partai provinsi memberi tahu komite kota dan kabupaten untuk menyerahkan daftar calon remaja. Persaingan sangat ketat, dengan sekitar 1 dari setiap 100 dalam daftar yang dipilih untuk berlatih dengan Departemen Lima," kata pejabat itu.
Lebih lanjut ia menjelaskan, saat kandidat terpilih komite partai lokal harus bertanggung jawab untuk mengelola kandidat tersebut. Hal itu dilakukan agar mereka siap untuk menjalani pelatihan di Pyongyang.
Baca juga: Ini 7 Wanita Muslim Kaya dan Cantik di Dunia, Terkaya Rp560 Triliun
"Jika ada kandidat yang dipilih sakit sebelum pergi ke Pyongyang, partai lokal akan segera mengecualikan mereka dan menyerahkan daftar kandidat baru sesegera mungkin," kata pejabat itu.
“Tetapi jika kandidat melakukan kejahatan serius selama masa tunggu ini, masalahnya berbeda. Karena siswa ini seharusnya menyenangkan atau melindungi Pemimpin Tertinggi, kejahatan itu dianggap sebagai 'kesalahan besar' bagi para pejabat partai karena mereka gagal mengevaluasi dengan baik ketulusan dan moralitas kandidat,” ungkap pejabat itu. [*/Prt]