Maksud dari sang nenek adalah untuk mengantisipasi terjadinya pemerkosaan terhadap cucunya saat masa-masa perang. Namun siapa sangka akibat dari racun tersebut, cucunya selalu kehilangan suaminya.
Kompleks pekuburannya masih dapat disaksikan hingga saat ini lantaran dijadikan situs bersejarah oleh pemerintah setempat. Lokasinya di Desa Blang Pulo, Kecamatan Muara Dua, Kota Lokhseumawe.
Baca juga: Dada Pria Ini Membesar dan Mengeluarkan ASI, Berikut Kisahnya
Hingga pada akhirnya Putroe Neng kembali menikah untuk yang ke-100 kalinya dengan Syeikh Syiah Hudam.
Lelaki ini akhirnya bisa menarik racun yang ada dalam tubuh istrinya dan dapat melewatkan malam pertama dengan bahagia. Ia yang dikisahkan adalah seorang ulama itu terlebih dahulu mengajak Putroe Neng bercerita.
Syeik Syiah Hudam kemudian bercerita mengenai sepasang kuda yang bercumbu di kebun. Ia bercerita begitu detail sehingga Putroe Neng menjadi basah karenanya.
Di saat basah itulah, racun ikut luruh dari dalam organ intimnya. Sayangnya, meski racun sudah tak lagi bersemayam di tubuh Putroe, pasangan ini sama sekali tidak dikaruniai keturunan.
Baca juga: Laurent Simons si Bocah Jenius, Baru Berusia 9 Tahun Mau Ambil S3
Meski banyak yang menyangkal kebenaran cerita ini dan dianggap hanya mitos belaka. Akan tetapi, Kompleks pekuburannya masih dapat disaksikan hingga saat ini lantaran dijadikan situs bersejarah oleh pemerintah setempat. Lokasinya di Desa Blang Pulo, Kecamatan Muara Dua, Kota Lokhseumawe.
Selain itu, kisah Putroe Neng yang legendaris diabadikan dalam sebuah novel karangan Ayu Jufridar. Judulnya, “Putroe Neng: Tatkala Malam Pertama Menjadi Malam Terakhir Bagi 99 Lelaki”. (*/pk-28)