Meski demikian, Al-Beshi mengungkapkan kalau dirinya tenang di tempat kerjanya dan seolah melakukan pekerjaan Tuhan.
"Aku tidak tahu mengapa mereka datang dan menonton, jika mereka tidak memiliki keinginan untuk itu, apa mereka pikir orang takut padanya?" kata Al-Beshi.
"Di negara ini kita memiliki masyarakat, yang mengerti hukum Tuhan. Tidak ada yang takut padaku, aku punya banyak kerabat dan banyak teman di masjid, dan aku menjalani kehidupan yang normal sama seperti orang lain," imbuhnya.
Sebelum dilakukan eksekusi, Al-Beshi akan mengunjungi keluarga korban dari para penjahat untuk mendapatkan ampunan bagi orang yang akan dieskekusi.
"Aku selalu memiliki harapan, sampai menit terakhir dan aku berdoa pada Tuhan untuk memberikan penjahat kehidupan baru, aku selalu menjaga harapan itu tetap hidup," jelasnya.
Ketika ditanya soal bayarannya, Al-Beshi tak bisa mengungkapkan berapa banyak uang yang ia dapatkan untuk melakukan eksekusi ini.
Ia mengaku bahwa hal tersebut merupakan perjanjian rahasia dirinya dengan pemerintah.
Namun, ia menegaskan kalau bayaran ini tidaklah penting.
Hal yang terpenting baginya, pekerjaannya ini membuatnya bangga karena melakukan pekerjaan Tuhan.
"Saya sangat bangga melakukan pekerjaan Tuhan," kata Al-Beshi.
Ia pun mengungkapkan kalau pedang kebanggannya yang biasa ia gunakan untuk eksekusi bernilai sekitar 20.000 riyal atau sekitar Rp75 juta.
"Ini hadiah dari pemerintah. Aku merawatnya dan menajamkannya sesekali dan memastikan untuk membersihkannya dari noda darah," katanya.