Mengenal Istano Basa Pagaruyung, Pusat Kejayaan Minangkabau Masa Lalu (2)

Mengenal Istano Basa Pagaruyung, Pusat Kejayaan Minangkabau Masa Lalu (2)

Istano Basa Pagaruyung di Kabupaten Tanah Datar yang jadi simbol adat dan budaya Minangkabau. [Foto: David/Padangkita]

Bagian 1..

Batusangkar, Padangkita.com - Mendengar nama Istano Basa Pagaruyung tentu sudah tidak asing lagi bagi masyarakat lokal, national, bahkan hingga mancanegara. Betapa tidak, Istano Basa Pagaruyung, secara historis merupakan simbol kebesaran Minangkabau di masa lalu.

Istano Basa Pagaruyung pertama kali dibangun pada 27 Desember 1976, merupakan duplikat dari bangunan Kerajaan Minangkabau. Kemudian pada 27 Februari 2007 terbakar lalu dibangun lagi, dan inilah bangunan yang beridiri sekarang.

Di masa kerajaan Minangkabau, Istano ini memainkan peran ganda, yakni sebagai tempat tinggal keluarga kerajaan dan sebagai pusat pemerintahan.

Nah, mungkin wisatawan atau pengunjung perlu juga mengetahui beberapa hal utama di Istano Basa Pagaruyung, di mana dalam bangunannya memiliki tiga unsur, yakni Kerangka Dasar, Unsur Utama dan Unsur Penunjang.

Berikut ulasannya:

Unsur Utama Istano Basa Pagaruyung 

1. Batu Tapakan

Lampiran Gambar

Batu Tapakan Istano Basa Pagaruyung

Batu tapakan merupakan sebuah batu yang cukup besar yang diletakkan di depan jenjang. Ia mewakili "front office" dari Istano Basa Pagaruyung, di samping mewakili pembawa berita dari pusat pemerintahan ke seluruh pelosok kerajaan dan sebaliknya.

Sementara dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat hanya mengenal atau mengetahui bahwa tapakan merupakan tempat suci, tempat mencuci kaki sebelum naik ke rumah gadang. Dahulunya masyarakat Minangkabau tidak mengenal istilah "alas kaki", di sini disediakan sebuah "guci" yaitu tempat air yang dilengkapi dengan gayung air atau cibuak.

2. Janjang

Lampiran Gambar

Janjang Istano Basa Pagaruyung

Janjang atay jenjang, dengan anak tangga dan tangan-tangan janjang adalah jalan atau sarana masuk ke dalam bangunan Istano Basa Pagaruyung.

Ini mewakili serta melambangkan sistem demokrasi Minangkabau yang disalurkan melalui mufakat dengan prosesnya yang dikenal dengan istilah "bajanjang naiak batanggo turun", istilah ini mempunyai dua kelompok kata dengan makna yang berbeda keduanya,  "bajanjang naiak" dan "batanggo turun".

Bajanjang naiak mewakili proses yang segala-galanya dimulai dari tingkat yang paling bawah dalam kehidupan adat Minangkabau. Hal ini akan terwujud dalam tingkatan mufakat sebagai berikut :

Halaman:

Baca Juga

Musala di Kawasan Angker Galoga: Ubah Ketakutan Menjadi Keteduhan
Musala di Kawasan Angker Galoga: Ubah Ketakutan Menjadi Keteduhan
Jalinan Sinergi dan Kenangan Manis Warnai Malam Pisah Sambut Dandim 0307 Tanah Datar
Jalinan Sinergi dan Kenangan Manis Warnai Malam Pisah Sambut Dandim 0307 Tanah Datar
Bupati Serahkan Piala Adipura kepada DPRD: Simbol Penghargaan untuk Rakyat
Bupati Serahkan Piala Adipura kepada DPRD: Simbol Penghargaan untuk Rakyat
Tanah Datar Raih Piala Adipura Ketujuh Kalinya: Bukti Konsistensi Kebersihan dan Keindahan
Tanah Datar Raih Piala Adipura Ketujuh Kalinya: Bukti Konsistensi Kebersihan dan Keindahan
Kemendagri Puji Kesiapan Sumbar sebagai Tuan Rumah Event Nasional
Kemendagri Puji Kesiapan Sumbar sebagai Tuan Rumah Event Nasional
Di Depan Mahasiswa, Ini Hasil Kinerja - Fokus Percepatan Pembangunan yang Dipaparkan Gubernur Mahyeldi
Di Depan Mahasiswa, Ini Hasil Kinerja - Fokus Percepatan Pembangunan yang Dipaparkan Gubernur Mahyeldi