Pasalnya banyak orang yang berselisih apakah Al Quran ditulis pada zaman nabi, atau disusun bertahun-tahun kemudian setelah diturunkan melalui transmisi oral (dari mulut ke mulut).
Meski tingkat keakuratan penanggalan radiokarbon mencapai 95%, namun klaim manuskrip itu sebagai Al quran tertua di dunia masih bisa tetap diperdebatkan beberapa kalangan.
Hal tersebut lantaran kehidupan Nabi Muhammad dalam sejarah Islam, terjadi pada masa 570-632 M. Pada 610 M barulah beliau diutus menjadi Nabi yang pada masa itu adalah pertama kalinya menerima ayat Al quran.
MM Azami, dalam bukunya History of the Qur’anic Text: from revelation to compilation, menjelaskan bahwa Al-Quran telah ditulis seluruhnya selama masa hidup Nabi Muhammad, tetapi belum dikumpulkan secara kolektif.
Sehingga sangat sulit untuk mengatakan bahwa Al quran mendahului masa kehidupan Nabi Muhammad atau sebelum panggilan kenabiannya.
Pada masa khalifah Abu Bakar, pengumpulan Al quran baru dimulai. Lalu mencapai puncaknya ketika khalifah ketiga, Usman bin Affan memerintahkan untuk menjadikan satu teks resmi.
Kemudian diproduksi dan variasi teks lain yang ada untuk dibakar pada tahun 650 M. Sehingga sangat sulit membuktikan naskah yang ditemukan itu berasal pada periode dari 568-645 M.
Dalam sejarah Islam sendiri dijelaskan bahwa proses penulisan Al quran dimulai dengan transmisi lisan. Beberapa dari transmisi lisan ini kemudian ditulis pada papirus, batu, tulang unta, daun palm, dan kulit binatang.
Setiap bagian-bagian ini kemudian dikumpulkan menjadi Al-Qur’an yang terstandarisasi di era khalifah Usman.
Meski begitu, secara keseluruhan naskah tersebut adalah penemuan monumental yang sangat berhara. Tidak hanya bagi umat Islam, melainkan sebagai warisan dunia.
Perdebatan mengenai manuskrip Birmingham itu telah menambah wawasan tentang apa pandangan awal mengenai asal-usul Al quran. [*/Prt]