Dapat Hidayah Lewat Mimpi
Dokter Tirta bercerita bahwa ayahnya pernah dihujat satu pesawat saat menunaikan ibadah umrah. Mereka menilai bahwa ayah Tirta telah gagal mendidik anaknya masuk agama Islam.
"Wah, di situ gue panas banget kan. Itu terpendam dari umur 17 sampai akhirnya di usia 22 gue memutuskan, oke gue Muslim,” ujarnya
“Bokap gue sempat nangis, kalau elo Muslim enggak ada yang temani mama. Gue bilang akan tetap respek," tambahnya.
Namun keputusan Dokter Tirta menjadi mualaf bukan semata-mata karena ayahnya. Ia juga mendapat hidayah sebelum memeluk Islam.
Saat berusia 22 tahun Tirta mendapat hidayah dari mimpi saat tidur di sore hari. Hal itu pula yang membuatnya semakin mantap menjadi mualaf.
"Gue mimpi lihat tubuh gue sendiri. Tubuh gue diangkat ke atas ada bangunan tuh gede banget hitam. Terus dijaga dua malaikat,” ujarnya.
“Gue mau masuk pintu itu enggak diizinin. Sama malaikat itu disuruh masuk ke rumah kecil warna hijau ternyata itu adalah rumahnya Kiai Zumroni (kiai yang membimbingnya masuk Islam)" ungkapnya.
Saat memasuki rumah itu, Tirta melihat ada sembilan kiai. Di tempat itu juga terdapat sebuah keranda jenazah berwarna hijau yang di letakan di tengah.
Tirta lantas diundang untuk melihat keranda itu yang ternyata ada jenazahnya. Jenazah tersebut bangkit namun wajahnya bersinar terang.
"Terus gue cuma dikasih amplop sama dia, terus gue masukin saku. Gue tanya dong, ini amplop apaan? Suatu saat elo akan tahu apa yang elo lakuin," ujar Tirta.
Setelah bangun, empat hari berturut-turut, Tirta mengaku ada suara azan yang berkumandang persis di depan telinganya tanpa berhenti sampai ia tidur. Ia akhirnya membaca kisah-kisah Islam dan hatinya kemudian tergugah.
Baca juga: Sebelum Masuk Islam, dr. Tirta Seorang Atheis
"Islam itu belajar keikhlasan, gue tuh orangnya paling enggak bisa ikhlas. Gue pendendam. Islam itu mengajarkan sebuah nilai yaitu ikhlas. Kalau lo ikhlas, itu syarat Islam pertama," ujarnya.
Hal pertama yang Tirta pelajari untuk menjadi mualaf yakni ikhlas. Menutuskan untuk menjadi mualaf tentu tidak mudah, ia bahkan sempat dibenci sang ibunda karena dianggap meninggalkannya.
Bahkan ibu Tirta tak ingin datang ke pernikahannya saat menikahi wanita muslim. Ibu Tirta semakin marah lantaran pernikahan anaknya itu berakhir dengan perceraian.
Namun akhinya, sang ibu mulai mau membuka hati untuk Tirta. Ia juga telah menerima Tirta sebagai seorang muslim. [*/Prt]