Hari yang dinantikan tiba
Pada 24 Juni pagi, Ek memeriksa dokumennya berulang kali untuk memastikan tidak ada yang luput. Ia lalu pergi ke sebuah kantor kecamatan di tempat kelahirannya, Udon Thani, untuk mendaftarkan perubahan titel gender resminya.
Ek memiliki tekat yang kuat, tetapi ia juga khawatir bahwa apa yang diimpikannya selama ini akan hancur dalam sekejap.
Benar saja, kekhawatiran Ek itu terbukti. Petugas berwenang mengatakan bahwa ia tidak memiliki dokumen yang mengonfirmasi identitasnya. Selain itu, ia harus membawa orang tua atau temannya di masa kecil untuk memberi kesaksian.
Ek pun terpaksa harus pulang dan mencoba lagi keberuntungannya.
Keesokan harinya, ibu Ek - yang masih belum menerima gendernya - dan teman dekat lamanya menemani Ek ke kantor kecamatan.
Petugas kemudian bercakap dengan pejabat berwenang di Bangkok lewat panggilan telepon yang cukup lama. Mereka berdiskusi soal bagaimana mereka mengurus permintaan yang tidak biasa tersebut.
Setelah menunggu sekian lama, permintaan pergantian atribusi Ek dikabulkan setelah ia dipaksa menjalani pemeriksaan medis ulang untuk menentukan bahwa alat kelaminnya konsisten dengan kondisi interseks yang dijabarkan dalam sertifikat medisnya.
Alhasil, perjuangan Ek selama ini terbayar sudah. Ia berhasil diakui sebagai laki-laki dan bisa mengubah namanya untuk mencerminkan identitasnya sebagai laki-laki.
Baca juga: Duh, Gadis-gadis Kecil dan Mama Muda Dijajakan Rp 600 Ribu oleh Mucikari Bawah Umur
"Saya sekarang bisa bebas dari penderitaan, saya sangat bahagia. Saya ingin berteriak dengan keras bahwa babak baru dalam hidup saya telah dimulai. Saya bisa membuang `identitas palsu` saya dan tidak lagi dipandang sebagai orang yang aneh," pungkas Ek. [*/Jly]