Menurut laporan CNN, Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan telah memberi tahu para politisi Korsel bahwa Kim Yo-jong saat ini berstatus "de facto second in command". Status tersebut secara harfiah bermakna penguasa nomor dua.
Lantaran adanya pengalihan kekuasaan tersebut, beberapa pejabat tinggi lainnya di Pyongyang dikabarkan akan diberikan otonomi yang lebih besar.
Hal itu pertama kali dilakukan setelah sembilan tahun Kim Jong-un mengambil alih kekuasaan.
KCNA merupakan kantor berita yang dikelola pemerintah Korea Utara, sebelumnya melaporkan bahwa Kim Jong-un telah melakukan pertemuan dengan para pemimpin tertinggi di negara tersebut. Hasil pertemuan tersebut bahkan sangat dirahasiakan.
Kim Yo-jong tampaknya juga telah siap untuk menggantikan posisi kakaknya. Pasalnya, pada bulan Juli lalu, Kim Yo-jong secara langsung menantang Amerika Serikat(AS).
Ia juga mengatakan bahwa pertemuan AS dan Korea Utara tidak perlu dilanjutkan. Sebab, organisasi Trump telah menunjukkan bahwa mereka tidak mau mengalah dari pendiriannya tentang program senjata nuklir Korea Utara.
"Saya berpandangan bahwa pembicaraan puncak DPRK-AS tidak diperlukan tahun ini dan seterusnya, dan itu tidak menguntungkan bagi kami, kecuali AS menunjukkan perubahan yang menentukan dalam pendiriannya," kata Kim Yo-jong, yang dilansir kantor berita Yonhap beberapa waktu lalu.
Baca juga: Biadab! Pria Ini Pegang Tangan Istri untuk Disetubuhi Temannya Agar Bisa Beli Sabu
"Selain itu, saya pikir kita tidak boleh menerima tawaran pembicaraan puncak tahun ini, tidak peduli seberapa besar keinginan AS, jauh dari kemungkinannya," tambahnya. [*/Prt]