Amerika Serikat telah mengkonfirmasi lebih dari 85 ribu kasus positif virus corona, 1.300 orang meninggal dan 1.868 dinyatakan sembuh.
Washington, D.C., Padangkita.com - Amerika Serikat (AS) kini menjadi negara dengan kasus virus corona terbanyak di dunia, bahkan melebihi China dan Italia yang sebelumnya menjadi penyumbang angka kasus terbanyak.
Berdasarkan data dari Universitas Johns Hopkins, AS telah mengkonfirmasi sebanyak 85.749 kasus positif virus corona dengan 1.304 orang meninggal dan 1.868 dinyatakan sembuh.
Sementara China menghitung sekitar 81 ribu kasus, lebih dari 74 ribu di antaranya telah pulih. Italia telah mencatat lebih dari 80 ribu kasus, dengan lebih dari 10 ribu pulih dan sekitar 8.200 kematian.
"Kami yang jadi pusat pandemi global saat ini," kata Spesialis Penyakit Menular di Johns Hopkins Medicine, Dr. Sara Keller, dilansir dari Newyorktime.
Baca juga: Pangeran Charles Positif Terinfeksi Corona
Sara menyebut Amerika Serikat yang di mata orang-orang adalah negara paling siap menghadapi corona, nyatanya tidak. Tidak ada 'pentagon' yang siap berperang melawan pandemi ini, tidak ada rancangan undang-undang masa perang.
Kini, akhirnya ada Satuan Tugas virus Corona di Gedung Putih, tetapi telah dipimpin oleh politisi, bukan ahli medis.
Dengan 330 juta penduduk, Amerika Serikat adalah negara terpadat ketiga di dunia, yang berarti ada banyak orang yang berpotensi terinfeksi Covid-19.
Seorang ahli virus di Universitas Columbia Angela Rasmussen menyebutkan bahwa Negara Paman Sam itu banyak mengalami 'salah langkah' dalam penangangan virus corona.
Ia menyebut saat virus tersebut mencuat di China, tidak ada persiapan menghadapi dan upaya pencegahan dari AS. Tidak ada kebijakan langsung untuk melakukan pengujian virus corona disana.
Bahkan Trump selaku presiden pun sering kali memberikan peringatan mengenai virus corona namun dinilai tidak koheren dan terpadu terhadap ancaman kesehatan masyarakat yang serius itu.
Angela pun menyebut tim medis yang merupakan garda terdepan dalam penanganan virus corona pun kekurangan masker dan alat pelindung diri (APD).
"Ini bisa dihentikan dengan menerapkan pengujian dan pengawasan lebih awal - misalnya, ketika kasus impor pertama kali diidentifikasi," kata Angela dilansir dari Newyorktime.
"Jika ini adalah kasus yang kami konfirmasikan, berapa banyak kasus yang masih kami lewatkan (belum terdeteksi)?" tambahnya. [*/try]