Mewarisi darah pejuang dari kakek dan ayahnya membuat Palani terdorong untuk memulai revolusi melalui aksi militan.
Palani menceritakan awal perjalanannya, bagaimana ia berlatih sebelum terjun ke garda terdepan untuk melawan ISIS.
"Saya ingat pertama kali saat menarik pelatuk dan merasak kekuatan dari sebuah senjata. Saya tidak cukup bagus (memegang senjata) tapi saya sangat menyukainya."
"Saya menyukai kekuatan senjata itu, dan fakta bahwa kekuatan itu bukan dari senjata itu sendiri, tetapi pada orang yang memegang senjata itu. Saya ingin menjadi lebih baik," jelas Palani seperti dikutip Grid.ID dari Dailymail.
Baca juga: Depresi Karena Selalu Dituntut Berprestasi di Sekolah, Gadis Ini Nekat Bunuh Ayah dan Ibunya
Palani menjelaskan bahwa dirinya sangat menyukai proses pelatihannya di kamp.
"Saya sangat menyukai pelatihan saya. Itu mengingatkan saya pada sosok Lyuda (Pavlichenko) Lady Death dari Tentara Merah Rusia," jelas Palani seperti yang dikutip dari laman Dailymail.
Lyudmila Mikhailovna Pavlichenko adalah seorang penembak Soviet dalam Tentara Merah pada Perang Dunia II, yang dikenal karena membunuh 309 orang.
Ia dianggap sebagai salah satu penembak militer papan atas sepanjang masa dan penempak perempuan tersukses dalam sejarah.
Darah Palani selalu mendidih setiap kali mendengar berita pejuang ISIS memperlakukan buruk anak-anak dan perempuan. [*/Son]