Pohon berbentuk payung yang nyentrik ini memiliki getah berwarna merah yang dianggap sebagai darah naga oleh penduduk lokal.
Pada zaman dahulu, getah dracaena cinnabari sering kali dicari sebagai obat, pewarna, dan kosmetik.
Sementara saat ini, getah tersebut digunakan sebagai cat dan pernis.
Selain pohon darah naga, tumbuhan endemik lainnya di Socotra adalah sukulen raksasa (dorstenia gigas), moraceae, pohon mentimun (dendrosicyos socotranus), delima socotra yang langka (punica protopunica), aloe perryi, dan boswellia socotrana.
Meski termasuk ke dalam wilayah Yaman, Pulau Socotra terletak 340 km dari daratan utama negara tersebut.
Pulau Socotra sendiri merupakan pulau terbesar dari Kepulauan Socotra yang terdiri atas empat pulau.
Saking jauhnya dan sulit dicapai oleh pelaut, pulau Socotra terisolasi secara geografis.
Bahkan untuk penduduk Yaman sendiri, pulau itu dianggap asing.
Meski alamnya terkesan seperti “pulau alien”, Pulau Socotra nyatanya sudah ditinggali oleh manusia.
Baca juga: Gak Tahan, Sejoli Ini Nekat "Mantap-mantap" di Rumah Kosong, Ternyata Diintip Warga
Pulau itu ditempati sekitar 44.000 jiwa penduduk yang menggunakan Bahasa Soqotri. Sementara bahasa resmi di pulau ini menggunakan bahasa Arab.
Untuk menuju Pulau Socotra, turis bisa terbang menuju Seiyun di Yaman dari Kairo, Mesir.
Dari sana, ada Yemen Airways yang akan mengantarkan para wisatawan ke pulau alien ini dengan durasi penerbangan hanya satu kali dalam seminggu.
Meski alamnya indah dan banyak diminati, untuk saat ini para wisatawan akan kesulitan bila hendak mengunjunginya.
Pasalnya, saat ini Socotra sedang diperebutkan oleh pemerintah Yaman dan kelompok pemberontak. [*/Jly]