Berita viral terbaru: Meski hidup serba kekurangan di gubuk 2x2 meter, Fransiskus tak pernah mengeluh dan tetap semangat berjuang memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Padangkita.com - Hidup mewah dan bergelimpangan harta merupakan impian setiap manusia. Sejatinya tidak ada manusia yang mau hidup susah, bahkan meski hidup pas-pasan, masih banyak juga manusia yang tidak bersyukur.
Namun berbeda halnya dengan seorang pemuda berusia 25 tahun asal Kabupaten Siska, NTT ini, Fransiskus Beny. Sejak kecil Fransiskus sudah hidup dengan segala keterbatasan bersama dengan ibunya karena ditinggal sang ayah.
Ia dan ibunya yang sudah berusia 61 tahun itu tinggal di sebuah gubuk kecil berukuran 2X2 meter yang sudah tak layak huni di RT 039/RW 012, Kelurahan Waioti, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, NTT.
Fransiskus tak pernah menyangka kalau ia akan melalui perjuangan hidup yang sangat berat.
Hidup hanya berdua dengan sang ibu, tanpa kehadiran sosok seorang ayah merupakan hal yang sangat sulit bagi banyak orang.
Meski begitu, Fransiskus tak pernah mengeluh terlahir sebagai keluarga miskin. Ia justru semangat berjuang untuk bisa memenuhi kebutuhannya bersama sang ibu setiap hari.
Selain Gubuk Berukuran 2x2 yang sangat kecil dan sempit itu, rumah Fransiskus juga tidak dialiri listrik. Ibunya mengandalkan lampu pelita buatan sendiri untuk menerangi gubut reyotnya pada malam hari.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, Fransiskus menjual hasil kebunnya di pasar. Sesekali ibunya ikut membantu membawa hasil kebun ke pasar untuk dijual.
Mirisnya lagi, kondisi Fransiskus tersebut tak membuat ia mendapat bantuan dari pemerintah.
Baca juga: Terungkap, Peneliti Yakini Bau Badan di Ketiak Manusia Warisan Leluhur
Bahkan Fransiskus juga tak pernah menerima bantuan yang berupa sembako ataupun bantuan langsung tunai (BLT) sebagai dampak dari virus corona.
"Apa pun saya tetap bertahan hidup dengan Mama. Jangankan listrik, beras miskin saja, kami tak dapat. Hidup dari hasil jualan saja sudah cukup. Intinya, mama sehat selalu," ujarnya seperti dikutip Liputan6.com.
Fransiskus mengaku dalam beberapa pekan terakhir, mereka hanya mendapatkan bantuan sembako dan bantuan peralatan bangunan rumah dari Pastor Paroki St Thomas Morus, KUB St. Yohakim serta beberapa tokoh masyarakat di Kelurahan Waioti.
"Saya kadang sedih melihat tetangga dapat bantuan dari pemerintah," tambahnya.
Di gubuk kecill dan tak berlistrik itu, Fransiskus seringkali kebasahan saat hujan turun. Kondisi itu lantas membuat arga dan pihak gereja yang ada di sekitar tempat tinggalnya merasa iba dengan keadaan Fransiskus dan ibunya.
"Kalau hujan lari ke tetangga, kadang bisa sampai tidak pernah tidur semalaman," ujarnya.
Gubuk yang tak layak huni ini sungguh memprihatinkan memang. Tak ada kamar di dalamnya. Hanya terdapat satu tempat tidur dari bambu tak bertikar. Ada juga karpet usang menutupi lantai tanah.
Baca juga: Edan, Pamit BAB, Bunga Kepergok Ibunya 'Ena-ena' dengan Pacar di Samping Rumah
Seluruh pakaian terletak dalam beberapa kardus bekas dan tampak menumpuk di bawah kolong tempat tidur yang juga bercampur dengan perlengkapan masak.
Sementara di luar gubuk, terdapat tungku buatan yang digunakan untuk memasak. Tungku itu pun didapatkannya dari bantuan warga setempat. [*/Jly]