Salah satu pengalaman unik yang pernah dirasakan Andhika yakni memenangkan kompetisi hackaton yang diadakan oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT). “Hackaton menarik karena produk rekan prosesnya meliputi coding dan modeling, yang merupakan pengalaman baru bagi saya. Beruntungnya saya punya teammate yang handal, Fransisca Susan (S3 MIT) dan Nadia Amalia (S2 MIT).
Ketika mengerjakan modeling-nya, perbedaan kita memungkinkan kita untuk berpikir kritis, kreatif, dan mempertimbangkan segala kemungkinan. We could think of all the ways to dice and slice the problems. We had to stay up until 5AM and start at 8AM, but again, hard work pays off.” Andhika juga pernah 2 kali menjadi juror di simulasi sidang (mock trial) penerapan sistem hukum Amerika.
Tak berhenti di sana, Andhika juga menjadi pembicara dalam American Democratic Debate, acara Harvard Law School. Acara tersebut mensimulasikan debat calon presiden kala itu.
“Cita-cita saya dari dulu adalah membuat perubahan fundamental berjangka panjang di sistem pemerintahan. Saya pun menerima tawaran untuk mewakili Joe Biden atas dasar kesadaran bahwa mengikuti debat semacam ini sebagai orang asing, apalagi di depan ruangan yang dipenuhi mahasiswa Harvard Law School, adalah pengalaman sangat berharga yang mungkin tidak akan pernah datang lagi.
Saya akan bisa belajar begitu banyak dari pengalaman ini. Saya mempersiapkannya dengan sangat serius, dan saya bersyukur mendapatkan masukan dari teman saya Dimas Muhamad (S2 Harvard) yang lebih mengerti konstelasi politik di Amerika,” jelasnya.
Tak hanya berprestasi dalam akademik saja, Andhika ternyata juga memiliki prestasi di bidang non akademik. Pemuda itu dulu pernah menjadi Ketua Taekwondo FHUI. Bahkan Andhika sempat mewakili Harvard University dalam lomba Taekwondo di Brown University dan Princeton University.
Perstasi yang berhasil ia raih tak lepas dari dukungan keluarga, taman dan pengajar di kampusnya. Andhika mengatakan bahwa pengajar di Harvard Law School benar-benar keren menurutnya.
“Mulai dari mantan agen CIA sampai calon presiden, semuanya ada. Proses belajarnya menekankan pada diskusi, dan baik dosen maupun mahasiswa harus siap ‘diserang’ habis-habisan di dalam kelas. Orang sini tidak ada segan-segannya dalam berdiskusi,” ujar dia.
Sempat berkunjung ke kediaman Elizabeh Warren, Senator dari Negara Bagian Massachusetts sekaligus satu-satunya calon presiden Amerika dari Democratic Party yang juga merupakan mantan pengajar Harvard Law School juga menjadi pengalaman penakjubkan yang pernah ia lalui.
“Saya tidak mungkin bisa di sini tanpa guru dan dosen saya. Terima kasih kepada bapak dan ibu yang telah membimbing saya selama ini. Jasa bapak/ibu tidak pernah saya lupakan, dan akan menjadi penyemangat bagi saya untuk suatu saat berbagi kepada generasi yang lebih muda daripada saya.”
Tak lupa Andhika berpesan untuk anak muda yang ingin masuk Harvard, agar selalu gigih mempersiapkan dirinya sehingga impian tersebut dapat terwujud.
“Bahkan jika bisa sejak SMA. Berprestasilah sebisa mungkin, di bidang akademik dan non-akademik. Punya mentor akan sangat membantu, karena orang awam seperti saya dulu, bahkan rupa esai yang harus ditulis saja tidak yakin.” Ungkapnya.
Setelah lulus pemuda yang menulis buku Masuk PTN itu Gampang? dan Kitab Suci Kuliah ini mengaku ingin menghabiskan beberapa bulan ke depan untuk berbagi pengalamannya dengan adik kelasnya. Andhika ingin mencoba untuk meningkatkan kapasitas diri. [*/Prt]
Baca berita Viral terbaru hanya di Padangkita.com