Berita viral terbaru: Andhika Putra Sudarman, pemuda Indonesia pertama yang terpilih untuk berpidato di wisuda Harvard Law School.
Padangkita.com - Mengenyam pendidikan di luar negeri memang merupakan harapan banyak orang. Namun hal itu tidak mudah dilakukan biaya dan sulitnya sistem pendidikan di beberapa negara.
Meski begitu, beberapa pelajar Indonesia yang berhasil menempuh pendidikan mereka di luar negeri. Seperti yang dialami oleh Andhika Putra Sudarman, pemuda asal Indonesia ini.
Tak tanggung-tanggung, pemuda lulusan Harvard University ini menjadi pemuda Indonesia pertama yang terpilih untuk berpidato di wisuda Harvard Law School pada 28 Mei 2020 lalu.
Berasal dari Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Andhika mampu masuk katagori “Harvard Law School’s Class Marshal” dan lulus dengan penghargaan “Harvard Law School’s Dean’s Award”.
"Prestasi ini tentu bukan hanya merupakan kebahagiaan bagi diri sendiri, tetapi juga kebanggaan bagi keluarga dan Indonesia," ungkap Andhika, yang kini sah bergelar Master of Laws (LL.M).
Upacara kelulusan program S-2 Andhika di Harvard Law School dilakukan secara daring (online) lantaran masih masa pandemic Covid-19. Namun begitu hal itu tidak melunturkan rasa bangga Andhika untuk tetap berpidato pada hari wisudanya tersebut.
"Saya shooting pidatonya di dekat perpustakaan. Senang mengetahui orang tua dan keluarga saya di Tanjungpinang bahagia melihat saya berpidato di acara kelulusan itu walau mereka tidak bisa pergi ke AS karena kondisi pandemi saat ini," ungkap Andhika, yang telah kembali ke Tanah Air awal Juni lalu.
Pencapaian tersebut menambah daftar prestasi yang pernah diraih Andhika. Sebelumnya di tahun 2011, lulusan SMA Negeri 1 Tanjungpinang ini juga masuk Fakultas Hukum Universitas Indonesia melalui Ujian Tertulis. Saat berkuliah di UI, ia pernah menyandang predikat Juara 1 Mapres (Mahasiswa Berprestasi) Tingkat Nasional Tahun 2014.
“Saya cukup beruntung karena sudah banyak senior sebelum saya yang membagikan pengalaman mereka, sehingga saya pun bisa memaksimalkan waktu saya di sini. Saya juga di sini berkat LPDP, pajak masyarakat Indonesia. Kalau saya tidak benar-benar memanfaatkannya, saya merasa bersalah pada rakyat-rakyat yang mau makan saja susah,” Andhika menjelaskan.
Perjuangan Andhika untuk dapat masuk Harvard Law School yang telah berdiri sejak tahun 1817 silam ini nyatanya tidak mudah. Sejumlah keterbatasan dan tantangan juga pernah dilalui Andhika.
“Dulu saya pergi ke Jakarta untuk kost sendiri, bimbel 3 bulan berharap bisa diterima di UI. Siapa sangka, perjuanganku mengantarkan saya tidak hanya kepada UI, tetapi juga ke Harvard," ujarnya.
"Istilahnya, mimpi aja nggak nyampe. Tetapi lihat saya sekarang, tidak hanya lulus tetapi mendapatkan berkat yang luar biasa. Dari situ saya belajar, hidup harus berjuang keras demi impian, dan tidak mimpi yang terlalu tinggi untuk digapai. Saya (adalah) buktinya,” ujarnya.
Sejak awal kuliah di Harvard, Andhika sudah terpilih untuk menjadi “Class Marshal” di angkatannya. Kala itu hanya terdapat 6 orang Class Marshal (perwakilan kelas yang dipilih melalui seleksi) yang mewakili sekitar 800 orang. Biasanya yang dapat terpilih hanya orang Amerika dan Amerika Latin
“Jujur, awalnya hanya bercanda untuk hendak ikut pemilihan karena mengetahui tingkat kesulitannya. Kan ini pemilihannya berdasarkan seleksi, jadi saya yang merupakan satu-satunya orang Indonesia sudah pasti memiliki peluang yang rendah," ujarnya.
"Indah Shafira (S2 Harvard), teman dekat saya di sini mengingatkan bahwa selain keren Class Marshal memiliki keistimewaan untuk berjalan di barisan paling depan ketika lulus dan membawa bendera Harvard Law School, jika saya berhasil maka itu pasti akan membuat bangga teman-teman dari Indonesia, sekaligus bisa membawa nama baik Indonesia. Saya pun menjadi semakin semangat mengikuti pemilihannya,” ungkap pemuda yang juga merupakan bagian dari “Harvard Law School’s First Class Association.”
Salah satu pengalaman unik yang pernah dirasakan Andhika yakni memenangkan kompetisi hackaton yang diadakan oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT). “Hackaton menarik karena produk rekan prosesnya meliputi coding dan modeling, yang merupakan pengalaman baru bagi saya. Beruntungnya saya punya teammate yang handal, Fransisca Susan (S3 MIT) dan Nadia Amalia (S2 MIT).
Ketika mengerjakan modeling-nya, perbedaan kita memungkinkan kita untuk berpikir kritis, kreatif, dan mempertimbangkan segala kemungkinan. We could think of all the ways to dice and slice the problems. We had to stay up until 5AM and start at 8AM, but again, hard work pays off.” Andhika juga pernah 2 kali menjadi juror di simulasi sidang (mock trial) penerapan sistem hukum Amerika.
Tak berhenti di sana, Andhika juga menjadi pembicara dalam American Democratic Debate, acara Harvard Law School. Acara tersebut mensimulasikan debat calon presiden kala itu.
“Cita-cita saya dari dulu adalah membuat perubahan fundamental berjangka panjang di sistem pemerintahan. Saya pun menerima tawaran untuk mewakili Joe Biden atas dasar kesadaran bahwa mengikuti debat semacam ini sebagai orang asing, apalagi di depan ruangan yang dipenuhi mahasiswa Harvard Law School, adalah pengalaman sangat berharga yang mungkin tidak akan pernah datang lagi.
Saya akan bisa belajar begitu banyak dari pengalaman ini. Saya mempersiapkannya dengan sangat serius, dan saya bersyukur mendapatkan masukan dari teman saya Dimas Muhamad (S2 Harvard) yang lebih mengerti konstelasi politik di Amerika,” jelasnya.
Tak hanya berprestasi dalam akademik saja, Andhika ternyata juga memiliki prestasi di bidang non akademik. Pemuda itu dulu pernah menjadi Ketua Taekwondo FHUI. Bahkan Andhika sempat mewakili Harvard University dalam lomba Taekwondo di Brown University dan Princeton University.
Perstasi yang berhasil ia raih tak lepas dari dukungan keluarga, taman dan pengajar di kampusnya. Andhika mengatakan bahwa pengajar di Harvard Law School benar-benar keren menurutnya.
“Mulai dari mantan agen CIA sampai calon presiden, semuanya ada. Proses belajarnya menekankan pada diskusi, dan baik dosen maupun mahasiswa harus siap ‘diserang’ habis-habisan di dalam kelas. Orang sini tidak ada segan-segannya dalam berdiskusi,” ujar dia.
Sempat berkunjung ke kediaman Elizabeh Warren, Senator dari Negara Bagian Massachusetts sekaligus satu-satunya calon presiden Amerika dari Democratic Party yang juga merupakan mantan pengajar Harvard Law School juga menjadi pengalaman penakjubkan yang pernah ia lalui.
“Saya tidak mungkin bisa di sini tanpa guru dan dosen saya. Terima kasih kepada bapak dan ibu yang telah membimbing saya selama ini. Jasa bapak/ibu tidak pernah saya lupakan, dan akan menjadi penyemangat bagi saya untuk suatu saat berbagi kepada generasi yang lebih muda daripada saya.”
Tak lupa Andhika berpesan untuk anak muda yang ingin masuk Harvard, agar selalu gigih mempersiapkan dirinya sehingga impian tersebut dapat terwujud.
“Bahkan jika bisa sejak SMA. Berprestasilah sebisa mungkin, di bidang akademik dan non-akademik. Punya mentor akan sangat membantu, karena orang awam seperti saya dulu, bahkan rupa esai yang harus ditulis saja tidak yakin.” Ungkapnya.
Setelah lulus pemuda yang menulis buku Masuk PTN itu Gampang? dan Kitab Suci Kuliah ini mengaku ingin menghabiskan beberapa bulan ke depan untuk berbagi pengalamannya dengan adik kelasnya. Andhika ingin mencoba untuk meningkatkan kapasitas diri. [*/Prt]
Baca berita Viral terbaru hanya di Padangkita.com