Doktrin tersebut membuat banyak rakyat jelata merasa takut untuk bicara atau berprasangka buruk pada mereka.
Selain itu di sekolah sendiri anak-anak diajarkan dan dipaksa melakukan sesi kritik untuk menyerang dan juga mencari kesalahan teman-teman sekelasnya.
Hal ini ini membuat mereka tidak memiliki kepercayaan satu sama lain dan terjadinya perpecahan.
Maka dari itu para anak di sana tidak memiliki sahabat sama sekali karena memang tidak pernah diajarkan arti dari konsep persahabatan itu sendiri.
Wanita yang kini menjadi aktivis HAM ini bercerita harus makan serangga untuk bertahan hidup.
Paman dan neneknya pun meninggal akibat kurang gizi. Ia bercerita jika negaranya menghabiskan miliaran dolar hanya demi membuat sistem uji nuklir tapi membuat sebagian besar rakyatnya mati kelaparan.
Usai kabur dan menyeberang ke China melalui Sungai Yalu yang membeku, ibu Park dilecehkan oleh pedagang manusia.
Keduanya pun dijual kepada pria China, sang pembeli pertama membayar kurang dari USD 300 (Rp4,4 juta) untuk Park.
Walaupun saat itu mereka berhasil kabur saat Ayah meninggal dunia akibat kanker usus besar setelah berhasil menyeberang ke perbatasan.
Baca juga: Terlalu Pelit, Raja Ini Tak Sadar Uang yang Ditimbunnya Dimakan Tikus
Walaupun sempat berpisah mereka akhirnya kembali bertemu dengan sang kakak setelah melintasi Gurun Gobi Dan mencari Suaka di Korea Selatan berkat bantuan misionaris Kristen.