“Hal terutama yang mencolok adalah kekurangan oksigen yang parah,” ungkap salah seorang sumber dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang baru-baru ini menerbangkan 300 konsentrator oksigen untuk membantu rumah sakit Irak dalam mengatasi hal tersebut.
Bantuan serupa juga disumbangkan dari sejumlah negara lain, seperti Turki, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat (AS).
Diketahui, Irak saat ini melonggarkan langkah-langkah jam malam dalam beberapa pekan terakhir, setelah memberlakukan lockdown ketat seluruh negara pada akhir Maret.
Pembatasan tersebut mempengaruhi sektor swasta yang masih baru hingga menyebabkan 87 persen warga Irak kehilangan pekerjaan akibat lockdown, menurut data IRC.
Baca juga: Pemimpin Spiritual Berkedok Rasial Ini Bunuh 14 Orang Kulit Putih di Miami
“Setelah semuanya stabil, akan ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk membantu orang bangkit kembali,” kata Christine Petrie.
“Kehilangan mata pencaharian mereka akan sangat merugikan kesehatan mental masyarakat, yang sudah dalam kondisi rapuh setelah puluhan tahun konflik dan ketidakstabilan," tambahnya. [*/Jly]