Berita viral terbaru: Negara Irak kini tengah berduka. Anggota parlemen tercantik mereka, Ghida Kambash meninggal dunia karena terinfeksi Covid-19.
Padangkita.com - Kabar duka datang dari Negara Irak. Anggota parlemen tercantik Irak, Ghida Kambash, tutup usia akibat terinfeksi Covid-19 pada Jumat (10/7/2020). Ia merupakan anggota parlemen pertama yang terinfeksi virus corona.
Ghida Kambash merupakan anggota parlemen yang sudah menjabat selama tiga periode. Selama menjabat, ia turut serta membantu mengeluarkan undang-undang tentang reformasi pendidikan dan kesejahteraan sosial.
Mengutip Arab News, wanita berusia 46 tahun itu meninggal seiring dengan melonjaknya kasus Covid-19 di negara tersebut.
Secara keseluruhan, Kementerian Kesehatan Irak mengumumkan sekitar 77.000 kasus virus corona di sana dan lebih dari 3.000 di antaranya dinyatakan meninggal. Sementara untuk angka pasien yang sembuh ada sekitar 40.000 orang.
Komite Penyelamatan Internasional (IRC) menyatakan, kasus virus corona di Iran melonjak tajam hingga 60 persen di bulan Juni. Sementara dalam rentang waktu lima bulan pertama tahun 2020, penyebaran virus relatif lambat.
“Tingkat penyebaran Covid-19 di Irak sangat mengkhawatirkan,” kata Christine Petrie, Direktur IRC.
Akibatnya, sistem kesehatan Irak yang sudah usang akibat perang bertahun-tahun dan investasi yang buruk, kewalahan dalam menekan angka penyebaran virus corona tersebut.
Peralatan pelindung, respirator, dan bahkan tempat tidur rumah sakit semuanya mulai menipis. Hal itu membuat pihak berwenang terpaksa mengubah pusat pameran, stadion, dan hotel menjadi bangsal virus corona dan pusat karantina.
Mirisnya, dalam sebuah rekaman video yang beredar di media sosial menunjukkan situasi rumah sakit di Irak selatan yang cukup memprihatinkan.
Baca juga: Ini 7 Wanita Muslim yang Kaya Raya dan Berwajah Rupawan
Di sana terlihat seorang pasien yang berjuang untuk bernapas tanpa akses ke respirator ketika anggota keluarga mereka memaki staf kesehatan.
“Hal terutama yang mencolok adalah kekurangan oksigen yang parah,” ungkap salah seorang sumber dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang baru-baru ini menerbangkan 300 konsentrator oksigen untuk membantu rumah sakit Irak dalam mengatasi hal tersebut.
Bantuan serupa juga disumbangkan dari sejumlah negara lain, seperti Turki, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat (AS).
Diketahui, Irak saat ini melonggarkan langkah-langkah jam malam dalam beberapa pekan terakhir, setelah memberlakukan lockdown ketat seluruh negara pada akhir Maret.
Pembatasan tersebut mempengaruhi sektor swasta yang masih baru hingga menyebabkan 87 persen warga Irak kehilangan pekerjaan akibat lockdown, menurut data IRC.
Baca juga: Pemimpin Spiritual Berkedok Rasial Ini Bunuh 14 Orang Kulit Putih di Miami
“Setelah semuanya stabil, akan ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk membantu orang bangkit kembali,” kata Christine Petrie.
“Kehilangan mata pencaharian mereka akan sangat merugikan kesehatan mental masyarakat, yang sudah dalam kondisi rapuh setelah puluhan tahun konflik dan ketidakstabilan," tambahnya. [*/Jly]
