Berita viral terbaru: Suku di Papua Nugini ini lakukan hal yang tidak biasa demi menghormati leluhurnya.
Padangkita.com- Berbagai tradisi unik dan menarik tersebar di berbagai wilayah di penjuru dunia ini. Seperti halnya sebuah tradisi yang terbilang aneh di Papua Nugini ini, tepatnya pada suku Chambri.
Mereka mempunyai cara tersendiri untuk menunjukkan tingkat kedewasaan seseorang. Yakni dengan menyayat kulit membentuk sisik buaya.
Baca juga: Viral, Siswa SMA di Manado Ini Berangkat Sekolah Naik Pesawat
Mungkin bagi orang awam tradisi ini terbilang mengerikan dan menimbulkan rasa sakit tak tertahan. Namun bagi masyarakat suku Chambri hal ini seolah menjadi sesuatu yang biasa.
Terlebih lagi mereka sudah melakoni hal ini secara turun temurun. Tradisi penyayatan kuli ini juga diyakini masyarakat sebagai salah satu bentuk penghormatan pada buaya.
Berdasarkan kepercayaan mereka menganggap buaya sebagai leluhurnya. Suku Chambri sendiri merupakan mereka yang mendiami daratan Provinsi Sepik.
Untuk mencapai wilayah ini dapat ditempuh menggunakan jalur udara selama 2 jam perjalanan dari ibukota Papua Nugini, Port Moresby.
Suku ini sendiri dalam kesehariannya hidup sebagai pemburu binatang. Kaum pria biasa memburu babi dan juga memancing ikan.
Sementara bagi kaum wanita bekerja dengan berkebun. Desa ini begitu terisolir dan kehidupan masyarakatnya sangat sederhana tanpa listrik.
Baca juga: Ini Cara Mike Tyson Kibulin Istri Supaya Tak Ketahuan Saat "Main" Wanita
Tradisi menyayat kulit tersebut juga hanya dilakukan bagi kaum prianya, dengan membentuk kulit di badannya menjadi menyerupai sisik buaya yang menonjol-nonjol.
Tradisi ini mulai dilakukan jika si anak memasuki usia 11 tahun hingga 25 tahun. Serta yang menyayat juga bukan orang sembarangan melainkan kepala suku sendiri.
Akibatnya juga banyak kaum pria di sana yang meninggal dunia karena kehabisan darah. Sebelum dilakukan penyayatan juga ada ritual tarian dan doa-doa.
Asal mula masyarakat meyakini buaya sebagai leluhur dikarenakan kepercayaan jika buaya berevolusi menjadi manusia.
Baca juga: Ini Kata Raffi Ahmad Soal "Ena-ena" Sebelum Menikah
Terlebih di sungai Sepik dahulunya banyak buaya yang hidup dengan ukuran mencapai dari 4 sampai 7 meter. Sehingga mereka pun sangat menjaga kehidupan buaya dan tidak memburunya.
Hingga saat ini telah banyak orang yang mencoba mendatangi suku ni untuk melihat langsung bagamaimana sosok suku yang dijuluki sebagai manusia buaya tersebut. [*/Nlm]