Berita viral terbaru: Tiga desa ini dihuni oleh mayoritas kaum perempuan dengan memiliki keunikan masing-masing sebagai ciri khasnya.
Padangkita.com - Setiap daerah memiliki keunikan tersendiri yang menjadi ciri khas dari tempat tersebut. Jika biasanya keunikan tersebut terdapat pada tradisi dan kebiasaan penduduk setempat, namun hal ini berbeda dengan desa-desa ini.
Pasalnya, tiga desa yang dihuni oleh mayoritas kaum hawa ini memiliki keunikan tersendiri. Saking uniknya, banyak wisatawan dalam dan luar negeri yang menyempatkan diri untuk mengunjungi desa tersbut untuk melihat keunikannya secara langsung.
Baca juga: Keanu Nasehati Aurel dan Atta Halilintar Agar Gak Zinah
Dilansir dari eva.vn, berikut tiga desa yang mayoritas ditinggali oleh kaum perempuan dan miliki keunikan tersendiri.
Desa ‘Haus Suami’
Tempat ini dijuluki desa 'haus suami' lantaran mayoritas penduduk perempuan di sana sangat kesulitan untuk mendapatkan pendamping hidup. Meski ditinggali oleh para perempuan yang masih muda, dan cantik, hampir sebagian besar perempuan di sana sulit menikah.
Maria Senhorinha de Lima merupakan pendiri desa Noiva do Cordeiro. Ia dulu diusir dari rumah oleh suaminya. Lantaran hal itu, Maria memutuskan untuk mencari tanah baru untuk ditinggali.
Dari sanalah, desa tersebut didirikan untuk menyambut para perempuan yang dijauhi, ibu tunggal, atau perempuan yang kurang beruntung. Penduduk di Noiva do Cordeiro, sebagian besar adalah feminis.
Di sana perempuan mengurus semua aspek kehidupan, mulai dari bertani, konstruksi, perencanaan, hingga ritual agama. Secara bersama-sama mereka membangun desa tersebut agar bisa berkembang pesat meski tanpa bantuan kaum pria.
Meski ditinggali mayoritas perempuan, di sana juga ada beberapa pria. Namun jumlahnya sangat sedikit dan mereka biasanya tidak melakukan pekerjaan penting. Beberapa pria tersebut adalah seorang suami, tetapi hanya muncul di rumah beberapa kali dalam setahun.
Baca juga: Dulu Sangat Populer, Kini Sederet Orang Ini Hilang Bak Ditelan Bumi
Lantaran sedikitnya populasi pria di desa tersebut membuat para perempuan di Noiva do Cordeiro selalu merindukan seorang suami. Hal ini pula yang menjadikan Noiva do Cordeiro mendapat julukan desa ‘haus suami’.
Saking sulitnya mendapatkan pasanga, beberapa perempuan tua di sana bahkan belum pernah berciuman dengan seorang pria. Hal itu lantaran sedikitnya jumlah pria di sana.
Desa Para Janda
Dao Koh Rong merupakan desa yang terletak lebih dari 30 kilometer dari selatan ibu kota Kamboja, Phnom Penh. Tempat itu dikenal dengan pulau yang sangat indah, namun hanya ditinggali oleh kaum perempuan dan anak-anak yang tinggal di sana.
Sejauh ini kurang lebih terdapat 40 perempuan dan 107 anak-anak, yang tinggal di desa tersebut. Bahkan menurut kabar, tidak ada pria dewasa yang tinggal di sana. Sebagian besar perempuan yang tinggal di Koh Rong adalah janda.
Kebanyakan dari mereka menjadi janda lantaran ditinggalkan oleh suaminya, korban pelecehan, ditinggal suami meninggal, dan beberapa telah diculik berkali-kali. Hal itu membuat perempuan yang tinggal di Koh Rong hidup dalam kesulitan dan kemiskinan.
Mereka tidak memiliki akomodasi yang layak, hanya mengemis dan mengais-ngais di jalanan. Bahkan untuk biaya hidup sehari-hari, beberapa dari penduduk di sana bergantung pada bantuan sebuah LSM di Phnom Penh. Para perempuan itu sengaja dipindahkan ke pulau Koh Rong untuk memulai hidup mereka kembali.
Berkat dukungan awal dari negara, para perempuan di sana memiliki rumah untuk ditinggali. Mereka lambat laun mulai menjalani kehidupan yang mandiri.
Sebagiin besar perempuan di sana bekerja dalam berbagai bidang. Mulai dari bertani, beternak, menangkap makanan laut, hingga membuat tekstil. Sementara beberapa pekerjaan berat di Koh Rong akan dikerjakan oleh pria dari luar pulau yang mereka bayar.
Penduduk Koh Rong sebagain besar tak memiliki modern seperti telepon atau televisi. Satu-satunya hal yang membantu mereka tetap mendapatkan informasi tentang dunia luar melalui radio.
Anak-anak di sini tumbuh secara alami. Mereka tampak benar-benar polos dan murni lantaran tak mengenail kehidupan luar yang keras. Meski merupakan pulau yang sangat indah, hampir tidak ada pria Kamboja yang muncul di Koh Rong.
Hal itu lantaran, sebagain besar penduduk di sana pernah mengalami luka dari pria. sehingga membuat mereka beranggapan tak membutuhkan laki-laki sebagai pendamping hidup.
Hingga kini, Pulau Koh Rong semakin berkembang di bidang pariwisata. Tiap tahunnya, penduduk di sana menyambut banyak pengunjung yang ingin menikmati keindahan pulau Koh Rong
Orang-orang di Koh Rong juga mulai mengembangkan ekonominya. Mereka menciptakan produk yang bisa diekspor sehingga standar hidup perempuan dan anak-anak di sana menjadi meningkat.
Desa Gemuk Itu Cantik
Di tempat ini hampir sebagain besar penduduknya perempuan memiliki badan besar. Menurut kabar, rata-rata wanita di desa ini memiliki berat di atas 70 kg. Desa tersebut terdapat di Kerajaan Tonga, yang terletak di selatan Samudra Pasifik.
Kerajaan Tonga sendiri terdiri atas 173 pulau, namun hanya ada 36 pulau yang berpenghuni. Hal yang menjadi unik di sana yakni, perempuan gemuk menjadi standar kecantikan.
Perempuan yang lebih tinggi, berotot, dan montok akan semakin dihormati. Hal itulah yang menyebabkan sebagian besar perempuan di sana berbadan besar. Bahkan jika ada wanita yang memiliki berat di bawah 70 kg, mereka akan dianggap terlalu kurus dan jelek.
Setiap tahun, masyarakat Tonga akan mengadakan kontes kecantikan untuk perempuan. Kontes tersebut diikuti oleh perempuan dengan tubuh montok dan kulit kuat. Tak hanya sebagai standar kecantikan, perempuan gemuk di sana juga menjadi kriteria pria untuk memilih istri.
Pria Tonga seringkali hanya ingin menikahi perempuan lebih gemuk dan lebih sehat dari dirinya. Sementara untuk wanita kurus di sana akan kesulitan untuk mendapatkan pasangan.
Kerajaan Tonga menganut sistem matriarkal. Perempuan di sana melakukan semua pekerjaan, besar dan kecil dalam keluarga, dan pria di sana benar-benar hidup nyaman dan bahagia. [*/Prt]