Ia juga bercerita bahwa untuk sekali operasi, ia harus mengeluarkan biaya yang tak sedikit. Namun beruntungnya, Kevin tertolong karena bantuan dana BPJS.
"Cuma kita harus menyediakan ongkos yang banyak ya karena dokter rekonstruksi kelaminnya juga satu di Jawa Tengah," ujarnya.
Lebih lanjut Kevin menceritakan bahwa namanya dulu adalah Siti Aisah sebelum ia dipastikan dokter adalah laki-laki.
Karena kelamin ganda yang dimilikinya itu, Kevin bercerita bahwa ia pernah mendapati masalah identitas saat memasuki bandara.
"Di bandara dulu waktu saya lagi kerja di luar Jawa. Saya ke bandara, pas mau check in KTP sama nama kan beda istilahnya ya. Ya udah saya dibawa ke ruangan sama dua petugas cewek, yauda di liat," ujarnya.
Kevin pun akhirnya lolos karena data dirinya sesuai KTP.
Ia mengaku sedih mendapati fisik yang memiliki kelainan inti pada kelaminnya, sehingga ia harus mengumpulkan keluarganya dan mencoba mencurahkan isi hatinya.
"Kakak, adik, bapak, sama ibu, saya ngomong gini, 'Bapak, Ibu, maafin saya kalau suatu saat nanti saya nggak punya keturunan atau nggak bisa nikah.' Ya maafin saya. Bukan kemauan saya, bukan keinginan saya. Keadaan saya bukan dibuat-buat, tapi langsung dari pemberian Tuhan'," ungkapnya mengisahkan kesedihan hatinya.
Meski selalu didukung dan diterima oleh keluarga, hingga kini ia masih selalu dipandang perempuan oleh orang lain. Karena itulah, Kevin mengaku kurang nyaman atas sikap yang diterimanya di lingkungan masyarakat.
Kevin kemudian berpesan kepada masyarakat agar selalu terbuka jika memiliki kelainan diri. Ia juga mengimbau kepada orang tua yang mempunyai anak dengan kelainan mirip dirinya agar segera dilakukan pengecekan lebih mendalam sebelum akhirnya dioperasi. [*/Jly]