Butuh 67 hari sejak awal wabah di Cina pada bulan Desember untuk virus menginfeksi 100 ribu orang pertama di seluruh dunia. Selanjutnya, butuh 11 hari untuk 100 ribu kasus kedua dan hanya 4 hari untuk 100 ribu kasus ketiga.
Padangkita.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa pandemi virus corona kini tengah berakselerasi atau mempercepat pergerakannya, meski demikian WHO yakin dunia masih mungkin untuk mengubah lintasannya dengan melakukan serangan.
Pernyataan tersebut muncul ketika jumlah kematian melonjak melewati 15.000 dan lebih dari 341.000 orang terinfeksi di seluruh dunia.
"Pandemi semakin cepat, ia berakselerasi," kata ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers virtual, Senin (23/3/2020).
Tedros mengatakan bahwa butuh 67 hari sejak awal wabah di Cina pada bulan Desember untuk virus menginfeksi 100.000 orang pertama di seluruh dunia.
Baca juga: Perdana Menteri Inggris Umumkan Lockdown, Cegah Penyebaran Corona
Selanjutnya, butuh 11 hari untuk 100.000 kasus kedua dan hanya empat hari untuk 100.000 kasus ketiga.
Jumlah kasus yang tercatat secara resmi diyakini hanya mewakili sebagian kecil dari jumlah infeksi yang sebenarnya, mengingat banyak negara hanya menguji kasus yang paling parah yang membutuhkan rawat inap.
"Kita bukannya tak berdaya. Kita akan mampu mengubah lintasan pandemi ini," kata Tedros.
Tedros kemudian membandingkan pertarungan melawan COVID-19 dengan taktik sepakbola.
"Anda tidak bisa memenangkan pertandingan sepak bola hanya dengan bertahan. Anda juga harus menyerang," kata Tedros.
Ia menyebut jarak fisik dapat mengulur waktu dengan memperlambat penyebaran, tetapi itu adalah tindakan defensif yang tidak akan membantu kita untuk menang.
"Untuk menang, kita perlu menyerang virus dengan taktik agresif dan bertarget," katanya.
Ia kemudian mengulangi imbauan untuk menguji setiap kasus yang dicurigai, mengisolasi dan merawat setiap kasus yang dikonfirmasi serta melacak dan mengkarantina setiap orang yang melakukan kontak.
Meskipun ingin melakukan serangan itu, kepala WHO mengakui bahwa sejumlah negara sedang berjuang untuk mengambil langkah-langkah yang lebih agresif karena kurangnya sumber daya dan akses ke tes.
Tedros memuji upaya besar yang dilakukan dalam penelitian dan pengembangan untuk menemukan vaksin dan obat-obatan untuk mengobati COVID-19.
"Saat ini tidak ada pengobatan yang telah terbukti efektif melawan COVID-19," ujarnya.
"Menggunakan obat-obatan yang tidak diuji tanpa bukti yang benar dapat meningkatkan harapan palsu dan bahkan lebih merusak daripada kebaikan," katanya.
Ia mencontohkan negara-negara sedang mempertimbangkan untuk menggunakan obat antimalaria sebagai pengobatan terhadap virus corona baru.
Tedros juga mengatakan ada laporan "mengkhawatirkan" tentang sejumlah besar infeksi di kalangan petugas kesehatan.
Melindungi mereka dari virus harus menjadi prioritas utama karena jika tidak, "banyak orang akan mati karena petugas kesehatan yang bisa menyelamatkan hidup mereka sakit," katanya. [*aljazeera/try].