Berita viral terbaru: Karena pandemik Corona, muslim Papua terpaksa tidak dapat menggelar tradisi bakar batu yang biasa digelar menyambut Ramadan.
Padangkita.com - Tradisi bakar batu merupakan tradisi yang biasa digelar warga Muslim di Kampung Walesi dan Kampung Tulima di Distrik Walesi, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, untuk menyambut bulan Ramadhan.
Berbeda dari tahun sebelumnya, tahun ini tradisi bakar batu tidak diselenggarakan karena pemerintah tidak memperkenankan kegiatan yang melibatkan banyak orang dalam upaya mengendalikan penularan virus corona penyebab COVID-19.
Suku Dani yang mendiami Lembah Baliem di Kampung Tulima, Distrik Walesi dikenal memiliki toleransi beragama yang tinggi.
Saat tidak ada wabah seperti sekarang, warga Muslim biasanya menggelar acara bakar batu bersama warga Kristen dan Katolik di halaman Masjid Al Aqsha di Kampung Walesi.
Berbeda dengan tradisi bakar batu biasanya yang menggunakan daging babi. Bagi muslim Papua menu olahan daging babi akan diganti dengan daging ayam.
Sementara untuk bahan lainnya, seperti umbi-umbian, sayur mayur dan tata cara bakar batu, secara keseluruhan sama seperti yang biasa dilakukan.
Pemuda muslim setempat, Abu Hanifah Asso menyebutkan sejak adanya pandemi Corona di Papua, muslim Papua di Distrik Walesi tidak dapat melakukan tradisi bakar batu.
“Kami mengikuti anjuran pemerintah, sehingga tak melakukan tradisi ini, guna menghindari kerumunan,” jelas Abu, Sabtu (9/5/2020).
Baca juga: Geger Video Syur Mirip Cimoy Montok, Ini Pengakuannya ke Nikita Mirzani
Biasanya saat Ramadan, bakar batu di Distrik Walesi dilakukan secara besar-besaran dengan mengundang pihak gereja dan warga kampung lainnya.
Dalam acara itu, para lelaki bertugas menyusun batu di atas tumpukan kayu kering serta dedaunan dan rumput kering yang kemudian akan dibakar.
Identik dengan kebersamaan dan kumpul bersama dengan banyak orang, tradisi bakar batu bertujuan untuk menjalin silaturahmi antar sesama.
Tradisi bakar batu juga diibaratkan dengan ucapan syukur atas sebuah kelimpahan berkat atau kesuksesan sebuah peristiwa lainnya. Bakar batu juga identik memberikan makan kepada para tamu sebagai ikatan silaturahmi.
“Perayaan bakar batu untuk kali ini dihentikan sementara. Jika ada masyarakat yang merayakan bakar batu, biasanya hanya dilakukan per keluarga, tanpa besar-besaran dan tidak mengundang warga lainnya, guna pencegahan corona Covid-19” katanya.
Baca juga: Pemulung yang Memelas Cuma Dapat Rp2000, Ternyata Punya Rumah Gedongan
Ajaran Islam dari Distrik Walesi sendiri telah menyebar ke sejumlah kabupaten di pegunungan tengah Papua, seperti di Kabupaten Yahukimo, Nduga, Yalimo.
Biasanya puluhan anak-anak di sekitar Distrik Walesi banyak yang dititipkan pada Pondok Pesantren Al-Istiqomah Walesi yang berdiri sejak 1977.
Distrik Walesi dapat ditempuh dengan 1 hingga 2 jam perjalanan darat. Jika ditempuh dengan ojek, biasa biasanya dikenakan tarif Rp 50 ribu hingga Rp 70 ribu. [*/Prt]