"Dari wisma yang saya tempati, masjid cukup jauh, tapi ada. Hanya sayang karena Covid-19, kita dilarang ke masjid," ujarnya.
Bagio pun harus menjalani ibadah puasa Ramadan di Nigeria bersama orang Indonesia yang bekerja sebagai ekspatriat di sana dan orang India. Setiap hari mereka berbuka, sahur, dan salat bersama-sama.
"Masakannya dimasak oleh juru masak orang Nigeria dan teman-teman India yang memang hobi masak. Sehingga, saya bisa merasakan cara buka ala orang Tamil India," ungkap Bagio.
Lebih lanjut pria kelahiran Kediri itu menceritakan soal menu berbuka ala orang India yang dimulai dengan sup atau bubur yang rasanya pedas dan berminyak.
"Bukan seperti kita yg dibuka dengan masakan yang manis. Hanya memang kurma seperti sunnah mereka makan. Pengalaman yang berbeda sekali," tuturnya.
Menurut Bagio, kemungkinan WNI yang terjebak di Nigeria hanya dirinya seorang.
Kendati demikian, yang ingin pulang ke Indonesia dengan mendaftar pada program repatriasi mandiri ada 16 orang.
"Kabarnya, saat ini ada 200 lebih orang Indonesia yang terdaftar di Nigeria. Kalau yang bekerja di perusahaan multinasional ini yang expatriat dari Indonesia 22 orang," ungkapnya.
Bukan hanya terjebak, selama berada di Nigeria, Bagio sempat mendapatkan pengalaman baru yang menegangkan mengenai masalah keamanan dirinya. Pasalnya, penduduk lokal sering menganggap kalau dirinya adalah orang Tiongkok.
"Saya kalau bertemu orang lokal selalu dianggap orang Tiongkok. Satu hari kita ke supermarket belanja dan ketemu emak-emak Nigeria sekitar 10 orang, mereka minggir sambil teriak China-China, corona-corona, begitu lihat saya. Lalu saya jelaskan kalau saya bukan orang Tiongkok," kisahnya. [*/Jly]