PadangKita - Kecelakaaan tambang batu bara di kawasan Batu Tanjuang, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, kemarin siang, menyebabkan satu pekerja meninggal dunia. Ini hanya berselang sehari dari peristiwa ledakan tambang batu bara lokasi yang berdekatan dengan dua orang korban luka parah.
Diketahui nama korban Rusli, asal Nias. Informasi yang disampaikan PJ Tagana Sawahlunto Alfinaldi, korban meninggal akibat tertimpa batu dari tumpukan batu bara dari atas atau titik atap.
Hal yang sama juga disampaikan oleh masyarakat setempat, Icap. Menurutnya, meninggalnya Rusli bukan karena ledakan tambang, tapi murni kecelakaan kerja.
Baca juga :
- Tambang Batu Bara di Sawahlunto Meledak, 2 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit
- Korban Ledakan Tambang Dirujuk ke Padang
Diduga, Rusli merupakan pekerja tambang PT. Allied Indo Coaljaya (AIC). Sehingga lokasi tambang tersebut diduga kuat Kuasa Pertambangan (KP) PT AIC.
Kecelakaan tambang yang menyebabkan kematian Rusli menambah deretan petaka dari usaha pertambangan batu bara di Sawahlunto dalam tiga hari terakhir.
Sebelumnya, dua orang pekerja tambang batu bara di KP PT Bara Mitra Kencana (BMK) dengan nama Ridwan, 38, dan Yusrizal, 37, masih terbaring di RSUP M. Djamil Padang setelag menjadi korban ledakan di dalam lubang tambang.
Dsinyalir penyebab luka bakar yang mereka alami karena terpapar gas metan.
Sementara itu, pemerintah mengakui ada kelemahan dalam pengawasan tambang batu bara di Sawahlunto.
“Dikatakan pengawasan lemah kita akui memang di masa transisi ini. Masa peralihan dimulai perizinan dulu, habis itu operasional di lapangan. Kemarin ini masih masalah izin,” jelas Kepala Bidang Mineral dan Batubara Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumbar Beni Azhar, Kamis (30/3).
Dia mengakui, berlakunya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, menjadikan pengawasan pertambangan yang mulanya berada di tangan kota atau kabupaten, menjadi kewenangan provinsi.
Sementara Inspektur Tambang yang bertugas melakukan pengawasan, pun mengalami masa peralihan yakni dari Dinas ESDM Provinsi menjadi pegawai kementerian.
“Inspektur Tambang sesuai U Nomor 23 Tahun 2014, mereka menjadi pegawai Kementerian ESDM. Namun sementara masih ditempatkan di Dinas ESDM Provinsi,” ujarnya.
Baca juga :
- Kecelakaan Tambang Sawahlunto, Pengawasan Dinilai Lemah
- Polisi Selidiki Ledakan Tambang Batu Bara di Sawahlunto
Beny menambahkan, selama dua tahun masa peralihan, memang terjadi peningkatan kecelakaan tambang. “Dari data kita, dalam dua tahun ini ada sekitar empat kecelakaan tambang, termasuk PT NAL dan yang kemarin. Tidak sesering sebelumnya,” bilangnya.
Kecelakaan tambang batu bara Sawahlunto dalam dua hari berturut-turut ini, semakin menabalkan betapa bahayanya eksploitasi 'emas hitam' tertua di Indonesia itu.
Dalam satu dasawarsa terakhir, puluhan pekerja meninggal akibat ledakan tambang. Terbesar ledakan di Bukik Cigak, Talawi, dengan jumlah korban meninggal 31 orang. Sisanya, sekitar 14 orang mengalami luka cukup serius.
Baca Juga: Riwayat Ledakan Tambang Batubara Sawahlunto
Kematian seringkali lahir karena keracunan dari gas metan yang lahir dari ledakan.
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumatera Barat Ade Edward, mengatakan tambang bawah tanah Ombilin (red. Sawahlunto), memiliki resiko mengeluarkan gas metan sehingga penambangan bawah tanah disana harus bisa mengelola ancaman ledakan gas metan.
“Sepanjang penambangan sesuai dengan SOP-nya tidak akan terjadi ledakan tambang bawah tanah,” tukasnya.
Namun, dia menilai, ledakan tambang seringkali diakibatkan kecerobohan.