Berita viral dan trending terbaru: Seorang siswa di Prancis dikeluarkan dari sekolah lantaran menyebut Samuel Paty layak dibunuh.
Padangkita.com - Samuel Paty merupakan seorang guru di Prancis yang dipenggal setelah memperlihatkan kartun Nabi Muhammad di kelas pada Oktober lalu. Hal itu pula yang memincu konflik antaran umat Islam dan warga Prancis.
Namun belum lama ini seorag siswa di Prancis menyebut Samuel Paty pantas untuk dibunuh.
Lantaran hal itu pula, remaja tersebut langsung dikeluarkan oleh pihak sekolahnya.
Berdasarkan laporan radio France Bleu, kejadian itu berawal saat siswa tersebut membuat komentar pada 2 November lalu. Temaptnya dua minggu lebih setelah Samuel Paty terbunuh.
Kala itu para siswa baru saja kembali dari liburan ke salah satu sekolah. Mereka pergi berlibur bersama ke kota Saint-Jean-de-Luz di barat daya Prancis, dekat perbatasan Spanyol.
Saat itu diadakan diskusi di kelas untuk menciptakan semangat baru dalam belajar.
Diskusi itu awalnya berjalan lancar hingga pernyataan salah satu siswa membuat semua orang terkejut.
Remaja itu mengatakan bahwa pembunuhan brutal terhadap Samuel Paty "pantas dilakukan". Mendengar hal itu, seorang guru meminta siswanya untuk menjelaskan maksud perkataannya itu.
Siswa lalu menjawab bahwa tidak ada yang berhak mengolok-olok agama. Pemenggalan terhadap pelaku sangat pantas dilakukan.
Lantaran hal itu siswa itu diminta untuk bertemu dengan wakil kepala sekolah dan penasihat senior pendidikan. Namun siswa itu tetap menyampaikan pernyataan yang sama.
"Setelah rapat panel disiplin sekolah, yang dihadiri oleh orang tua siswa, siswa tersebut dikeluarkan. Para orang tua kemudian ditawari pilihan pendidikan di lembaga lain," isi laporan France Bleu seperti dilansir dari Russia Today, Selasa (15/12/2020).
Pada awal bulan Desember ini, Kementerian Pendidikan Nasional Prancis mengatakan ada 793 "insiden" di sekolah-sekolah. Insiden tersebut berlangsung selama penghormatan kepada guru Samuel Paty.
Dari insiden total insiden yang terjadi 40 persen di antaranya sebagai "provokasi" dan "perselisihan". Sementara, 17 persen sebagai pembelaan terorisme.
Baca juga: Unik, Inilah Julukan Khusus 10 Ratu Drama Korea
Lalu ada 12 persen dianggap sebagai penolakan untuk berpartisipasi dalam penghormatan kepada Paty. Sembilan persen lainnya berupaya untuk mengganggu penghormatan tersebut.
Atas insiden itu kurang lebih adan 31 siswa diskors dan 44 dikeluarkan dari sekolah mereka. [*/Prt]