Berita viral terbaru : Eisha mengemis selama 50 tahun di jalanan Jeddah, hingga mempunya 4 bangunan serta harta warisan senilai Rp 3 miliar.
Padangkita.com - Seorang pengemis biasanya identik dengan tuna wisma, miskin serta bertampang lusuh. Kebanyakan orang bekerja sebagai pengemis karena tidak mampu mencari pekerjaan lain untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Namun rupanya hal ini tidak berlaku bagi beberapa pengemis beikut, karena kesan pengemis yang menyedihkan sangat jauh berbeda dengan dirinya.
Bahkan dengan harta yang dimilikinya, profesi sebagai pengemis sangatlah tidak cocok untuk dirinya.
Salah seorang pengemis di Jeddah Arab Saudi yang ternyata memiliki harta berlimpah. Eisha yang telah menjalankan profesi sebagai pengemis selama 50 tahun di jalanan kota Jeddah tersebut .
Saat Eisha meninggal dunia di usia 100 tahun, jumlah harta benilai miliaran rupiah yang ditinggalkannya membuat semua orang terkejut tak percaya.
Bagaimana tidak, dia dikenal sebagai seorang pengemis namun meninggalkan harta warisan sebesar 3 juta riyal atau Rp 9 miliar. Tak hanya itu, Eisha bahkan memiliki 4 buah bangunan, serta perhiasan senilai Rp 3 miliar.
Baca juga: Anak Menteri Ini Dikira Dosennya Anak Miskin dari Kampung
Salah satu rekannya yang sering membantu merawat Eisha, Ahmad al- Saedi menceritakan bahwa Eisha tidak memiliki keluarga selain ibu dan saudarinya yang juga seorang pengemis.
Stelah keduanya meninggal, Eisha terus mengemis dan menarik simpati dermawan saat idul fitri.
Sebagai salah seorang yang dekat dengan Eisha, Saedi telah beberapa kali meminta agar Eisha berhenti mengemis karena telah mempunya harta yang banyak.
Namun Eisha menolak dan berdalih bahwa ia harus bersiap untuk menghadapi masa yang sulit.
Sebelum meninggal, Eisha memberikan semua hartanya pada Saedi dan berpesan agar menjualnya disaat yang tepat. Jika 15 tahun lalu harga koin emas hanya Rp 750.000, maka sesudahnya naik manjadi Rp 3 juta.
Baca juga: Gadis Cantik Ini Berkisah Hingga Bisa Jadi Anggota TNI
Namun ia menyerahkan semua hal tersebut ke polisi termasuk urusan bangunan yang dimiliki Eisha.
Empat bangunan yang dimiliki Eisha, dihuni oleh beberapa keluarga tanpa mengaharapkan adanya pembayaran sewa.
Namun setelah Eisha meninggal dunia, banyak pihak yang mencoba mengusir warga yang menempati bangunan tersebut dengan alasan akan dijadikan bangunan milik pemerintah. [*/Nlm]