Berita viral terbaru: Seorang mertua di Singapura bernama Tan nekat membunuh menantunya di kadai kopi yang disaksikan banyak orang.
Padangkita.com - Sebuah insiden pembunuhan sadis secara tiba-tiba terjadi di daerah jantung pusat distrik bisnis Singapura. Diketahui, pembunuhan itu dilakukan oleh seorang pebisnis yang sudah berusia 72 tahun kepada menantunya sendiri.
Pebisnis itu ialah Tan, dan menantunya bernama Tuppani. Insiden pembunuhan iu terjadi pada 10 Juli 2017 silam, namun baru mencapai babak akhir dengan dijatuhkannya vonis kepada pelaku pembunuhan.
Tan Nam Seng yang divonis hukuman 8,5 tahun penjara oleh Pengadilan Tinggi Singapura, dikutip dari The Straits Times, Selasa (22/9/2020).
Lelaki tua itu terbukti secara nyata telah membunuh menantunya itu di tengah banyak orang. Ia membunuh Tuppani (39) tepatnya di luar sebuah kedai kopi di Jalan Telok Ayer pada pukul 13.20 siang waktu setempat.
Lantas, si mertua memiliki sebab kenapa ia sampai tega membunuh menantunya yang bukan lain adalah suami dari anaknya sendiri. Warga Singapura pun digegerkan dengan pembunuhan secara tiba-tiba yang dilakukan di tempat umum itu.
Mulanya, si mertua melihat menantunya sedang makan siang di kedai kopi di Jalan Boon Tat. Lalu Tan pun pergi ke kantornya dan mengambil pisau. Ia pun pergi menuju lokasi menantu yang ditemui sedang makan siang di kedai kopi itu.
Sesampainya di kedai kopi, Tan pun menghampiri Tuppani dan berkata, “Kamu memang keterlaluan” sontak Tan pun mengeluarkan pisau dari tasnya lalu menusukkan ke dada Tuppani sebanyak tiga kali berturut-turut.
Tak sampai di situ, Tuppani yang sudah ditusuk tiga kali, mencoba untuk melarikan diri. Namun, tak sampai jauh, ia pun terjatuh di sebuah restoran yang tak jauh dari kedai kopi.
Tak lama kemudian, Tuppani pun dinyatakan meninggal dunia di tempat ia terjatuh. Warga yang melihat insiden mengerikan itu pun terkejut dan takut melihat peristiwa itu.
Lantas, Tan pun pergi menghampiri jenazah Tuppani yang telah tergeletak. Tuppani pun di kerumuni massa. Tan kemudian menendang wajah menantunya itu dua kali sambil mencoba menghalau kerumunan.
Pengusaha 72 tahun itu pun memberitahu kerumunan, "Ini menantu saya, tidak perlu tolong dia, dia pantas mati" ungkapnya.
Tan dengan tenang meletakkan pisau bekas membunuh menantunya itu di samping meja dan kemudian duduk menunggu kedatangan polisi. Ia pun menelepon putrinya dan berkata,
”Ayah tidak bisa tidur kemarin malam. Ayah sudah melakukannya. Jangan menangis. Ayah sudah tua. Ayah tidak takut masuk penjara”
Tan kemudian menyerahkan diri tanpa perlawanan kepada polisi yang tiba di lokasi. Dia mengaku bersalah di pengadilan. Sepanjang proses pengadilan, Tan terus menyampaikan perbuatannya didasari oleh kasih sayang seorang ayah terhadap putrinya.
Tan diketahui menderita depresi karena kecemasan akan nasib putrinya disertai konflik dengan Tuppani. “Ayah sangat mencintai keluarganya. Tidak ada yang ingin hal ini terjadi.” kata Shyller.
Usut punya usut, ternyata, suami Shyller ini memiliki kesalahan yang tak bisa dimaafkan lagi oleh sang ayah mertua, dan tak tertahan lagi. Pasalnya, Tan sudah memberikan semuanya untuk Tuppani agar membahagiakan putri kesayangannya.
Sebelumnya pelaku (Tan) sangat menyayangi menantunya ini karena si menantu berhasil membahagiakan putrinya. Saking sayangnya, ia rela memberikan segala aset perusahaan yang telah dibangunnya susah payah sejak tahun 1974 silam.
Bahkan keluarga Tuppani, ibu dan adiknya tinggal di rumah Tan. Tak hanya itu, ia bahkan Tan tidak keberatan untuk mengizinkan menantunya itu mempekerjakan mereka di perusahaan yang dipimpin Tan.
Namun, setelah dua belas tahun lamanya, Tan ternyata diam-diam dikhianati oleh menantu kesayangannya itu. Rupanya Tuppani selama ini sudah memiliki anak dua orang dengan wanita lain di belakang putrinya Sherly.
Tan tak terima dengan perlakuan menantunya itu, lalu Tuppani pun mencoba meyakinkan perceraian dengan putri Tan yang ternyata Tuppani sendiri sebelumnya, secara diam-diam sudah merencanakan untuk untuk menceraikan Sherly.
Ia merekam pertengkaran hebatnya dengan sang istri yang sudah dinikahinya 12 tahun itu untuk dijadikan bukti gugatan perceraian nantinya.
Tak sampai di situ, kesabaran Tan habis ketika perusahaan yang telah lama dirintis Tan, dijual paksa oleh menantu karena kondisi keuangan perusahaan yang tak sehat semenjak sang menantu yang menghandle.
Baca juga: Gisel dan Gading Bakal Rujuk? Sudah Diskusikan dengan Kekasihnya, Wijin
Tan semakin marah ketika dia dan putrinya hanya mendapatkan separuh uang dari hasil penjualan perusahaan yang dipimpinnya sendiri. Sejak mengetahui perbuatan picik menantunya itu, kondisi kesehatan fisik dan mental Tan merosot dan dia mengalami susah tidur.
Hingga akhirnya setelah membunuh sang menantu, ia merasa lega dan baru bisa tidur. [*/win]