Berita viral terbaru: Mao Zedong, pemimpin China yang dikenal kejam dan menakutkan yang miliki sikap angkuh terhadap perang nuklir.
Padangkita.com - Mao Zedong merupakan salah seorang pemimpin China (1949-1979) yang bersejarah membantu menyatukan China ketika terlibat perang dan kekacauan selama beberapa dekade. Ia dikenal sebagai pemimpin kejam yang mengambil sikap angkuh terhadap perang nuklir kala itu.
Bahkan sejak Mao mengambil alih kekuasaan, pemerintahannya bagaikan bencana bagi rakyat Tiongkok. Pada tahun-tahun pertama pemerintahan Komunis di China, hampir tidak berbeda dari perang saudara sebelumnya.
Sejarawan terkemuka Frank Dikotter, dalam salah satu bukunya menuliskan bahwa Mao memiliki bisnis redistribusi tanah. Lantaran kekuasaannya ia mudah dalam menjalankan bisnis tersebut.
"Kaum mayoritas membunuh minoritas yang ditunjuk dengan cermat. Tim kerja diberi daftar orang-orang yang harus dikecam, dihina, dipukuli, direbut, dan kemudian dibunuh oleh penduduk desa. Mereka dihimpun dalam ratusan suasana yang dipenuhi dengan kebencian."
"Dalam sebuah pakta yang disegel dalam darah antara partai dan orang miskin. Hampir 2 juta yang disebut 'tuan tanah', mereka hampir tidak lebih baik dari tetangga mereka yang dilikuidasi, ” ungkap Frank Dikotter dalam bukunya.
Penderitaan rakyat China tak berhenti di sana, pada tahun 1958, Mao mengalihkan pandangannya ke arah ekonomi. Ia memerintahkan upaya kolektivisasi besar yang disebut ‘Lompatan Jauh ke Depan’.
Lompatan Jauh ke Depan itu mengubah Mao menjadi salah satu pembunuh massal terbesar dalam sejarah. Ia bertanggung jawab atas kematian kurang lebih 45 juta orang antara tahun 1958 hingga 1962.
Sedikitnya ada tiga juta korban disiksa sampai mati atau dibunuh. Kebanyakan dari mereka seringkali mendapat penyiksaan hanya karena pelanggaran kecil. Moa tak pernah memberikan toleransi sekecil apapun.
Aspek paling menakutkan dari Mao yakni pandangannya tentang senjata nuklir. Ia pertama melakukan pengujian nuklir pada tahun 1964 di Beijing.
Baca juga: Ibu 73 Tahun Ini Berhasil Bawa 10 dari 12 Anaknya Jadi Dokter
Awalnya, Uni Soviet telah setuju untuk membantu China membangun senjata nuklirnya sendiri, tetapi kemudian mereka memotong semua bantuan. Hal tersebut dilakukan Uni Soviet lantaran kekhawatiran atas sikap Mao. Ia dianggap sangat angkuh dan menganggap enteng perang nuklir.
Pada tahun 1955, Mao memberi pesan pada duta besar Firlandia di Beijing. Kala itu, ia meminta rakyat China untuk tidak takut dengan ancaman atom dari Amerika Serikat.
"Negara kita memiliki populasi 600 juta dan luas 9.600.000 kilometer persegi. Amerika Serikat tidak dapat memusnahkan bangsa China dengan tumpukan bom atomnya yang kecil.”
“Bahkan jika bom atom AS begitu kuat hingga ketika dijatuhkan di China, mereka akan membuat lubang menembus bumi, atau bahkan meledakkannya. Itu tidak akan berarti apa-apa bagi alam semesta secara keseluruhan, meskipun itu mungkin berpengaruh besar untuk tata surya," ungkap Mao dalam pensannya tersebut.
Baca juga: Bayi Keluarga Muslim dan Hindu Ini Tertukar
Meski begitu, kala itu tidak ada pihak yang memulai perang. Namun, China menjadi negara dengan senjata nuklir dan Mao sebagai pemimpinnya, cukup memberikan kekhawatiran beberapa negara pada masa itu. [*/Prt]