Bahan utama lamang adalah beras ketan putih, santan kelapa, daun pandan, serta sedikit garam. Selanjutnya, ketan dicuci bersih dan dimasukan ke dalam ruas bambu muda yang dalamnya dilapisi dengan daun pisang.
Setelah beras ketan yang sudah dicampur santan dimasukkan ke bambu, maka selanjutnya dibakar dengan bara api. Ruas bambu dijaga agar jangan sampai terbakar.
Proses memasak lamang bisa memakan waktu sekitar 5 jam dengan api kecil dan bisa 3 jam dengan api yang besar, namun bambu akan cepat hitam atau gosong.
Oleh sebab itu, butuh kesabaran dalam membuat kuliner khas ini. Tentu saja, penantia membuat lama yang lama akan membuahkah hasil yang sesuai dengan proses yang dijalani.
Rasa lamang yang enak akan terbayarkan dengan lamanya proses memasak lamang tersebut.
Sementara untuk tapai atau tape merupakan beras ketan hitam, yang dibuat dengan cara memfermentasikan beras ketan dengan ragi.
Secara sederhana cara memasak sajian ini yakni, rebus ketan hitam menggunakan air secukupnya dan kukus. Jika sudah lembut, kemudian masukkan ragi.
Lalu simpan ketan hitam tersebut di wadah yang ditutup rapat. Kita pun menunggu masaknya tapai selama 2 hari.
Biasanya, pembuatan lamang dilakukan dua hari sebelum hari raya. Dan pembuatan tapai dilakukan dua atau tiga hari mejelang hari raya. Sajian ini pun dihidangkan untuk para tamu yang datang bersilaturahmi di hari raya.
Baik itu tamu jauh maupun tamu dekat atau tatangga. Tak hanya di hari raya, lamang tapai juga dapat ditemukan sehari-hari atau pun setiap hari pasar.
Lamang tapai cukup bisa Anda ditemui di pasar tradisional, terutama di daerah dataran tinggi Sumatera Barat. Harga lamang tapai berkisar antara Rp20 ribu hingga Rp30 ribu.
Salah seorang warga Sumbar, Yulia (28) mengatakan lamang tapai ini seakan tak lekang oleh waktu, ia tetap eksis meski zaman terus menerus berubah.
Pasalnya, lamang tapai ini tak lekang oleh waktu. Hal itu terbukti dengan kelestasrian lamang tapai hingga kini.
Baca Juga: Makan Gadang, Tradisi Unik Solok Selatan Dalam Menjalin Silaturahmi
Bahkan makanan ini, sering dicari-cari saat lebaran. Ada yang mengatakan bahwa hari lebaran tak lengkap jika tak ada lamang tapai. [*/win]