Berita viral terbaru: Demi membantu para orang tua siswa dalam hal pembelian kuota internet, warga asal Makassar ini bangun rumah belajar.
Padangkita.com– Saat masa Covid-19 ini banyak sector perekonomian, hiburan serta pendidikan diliburkan. Banyak masyarakat yang memilih bekerja dari rumah masing-masing begitu pun bagi para siswa.
Berdasarkan keputusan yang berlaku telah lebih dari 3 bulan siswa belajar secara mandiri di rumah dengan diawasi oleh para orang tua.
Begitu pun bagi para guru yang melakukan pembelajaran secara daring. Setelah beberapa waktu lamanya menjalankan sistem pembelajaran ini, mulai banyak tanggapan yang dikeluhkan masyarakat.
Terlebih pada sebagian wilayah yang kesulitan sinyal sehingga menghambat siswa untuk mengumpulkan tugas yang diberikan.
Terlebih lagi bila anak tersebut berada pada keluarga dengan perekonomian rendah serta tidak memiliki ponsel pintar.
Ataupun bagi mereka yang memiliki banyak saudara namun hanya memiliki satu ponsel yang menyebabkan mereka harus mengantri.
Dilansir dari iNews, sebuah hal unik terjadi para segerombolan anak di di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Pasalnya agar dapat belajar di masa pandemi ini mereka harus berkumpul di sebuah bangunan semi permanen.
Walau sekilas terlihat biasa saja namun siapa yang menyangka jika lokasi tersebut berada di area kosong lahan kuburan.
Para siswa yang kebanyakan didampingi orang tuanya memilih untuk mendatangi lokasi TPU Dadi, Kecamatan Mamajang karena adanya fasilitas wifi.
Terlebih lagi wifi tersebut tersedia secara gratis di lokasi tersebut. Pihak yang berperan penting dalam pembangunan rumah belajar dan fasilitas ini ialah seorang Bhabinkamtibmas Polsek Mamajang, Aiptu Paleweri.
Saat ditemui beberapa media di Kota Makassar pada Kamis 9 Juli ini, Aiptu Paleweri mengatakan jika ia membangun hal ini karena melihat banyak orang tua kesulitan membelikan kuota pulsa untuk anak-anaknya belajar.
Melihat banyaknya peminat ia pun membagi rombongan belajar yang terdiri dari SD hingga SMA tersebut dalam dua sesi, yakni pagi dan sore hari.
Rumah belajar tersebut ia beri nama Balla-Online yang ia bina bersama 4 relawan lainnya. Tiga diantaranya merupakan siswa SMA sedangkan sisanya merupakan mahasiswa.
Baca juga: 1 Remaja Perempuan 3 Laki-laki Kedapatan Bawa Kondom dalam Mobil
Setiap harinya ada sekitar 80 siswa yang mendatangi Balla-Online untuk belajar. Ia menjelaskan alasan mengapa memilih mendirikan rumah belajar karena kekurang lahan.
Hingga banyak warga lain yang menyetujui jika bangunan tersebut di bangun pada lahan kosong di samping TPU. [*/Nlm]