"Biasanya naik bus kota, tapi sekarang enggak ada. Jadi naik angkot sampai Stasiun, ke sini jalan kaki," ungkapnya.
Biasnya Eros kerap menerima sejumlah bantuan, kebanyakan berupa nasi bungkus. Karena telah kehilangan mata pencarian, Eros mengaku terpaksa menadi pengemis dan gelandangan.
Dia mengatakan tidak mengenal para manusia karung lainnya di sekitar tempat tersebut. Eros datang dan pulang seorang diri setiap hari.
Selang sekitar 500 meter dari tempat Eros, nasib serupa juga dialami Asep (53).
Pria asal Kuningan tersebut telah menetap di Kota Bandung sejak lima tahun lalu.
Sebelum pandemi, Asep bekerja sebagai supir angkot jurusan Stasiun-Sadang Serang. Namun, sejak dua bulan lalu Asep berhenti karena jumlah penumpang yag semakin merosot.
"Jadi susah untuk cari makan, di Bandung saya ngekost sama supir dan pedagang lain. Sebagian masih ada yang coba bekerja," ungkapnya.
Siang itu, Asep yang ditemani rekannya, Dedi (60), pria yang sebelum Corona bekerja sebagai juru parkir di area Gasibu dan Jalan Cilamaya turut mencoba peruntungan nasib dengan membawa karung di pinggir jalan. Setiap pukul 6 pagi, Dedi akan sudah 'stand-by' di Jalan Hayam Wuruk.
"Tapi kadang ada yang ngasih kadang enggak, gimana nasib saja. Pernah juga kemarin sampai jam 8 malam di sini tidak dapat apa-apa," ungkap pria yang merupakan warga asli Kota Bandung yang tinggal di belakang area Kantor RRI Bandung.
Baik Eros, Asep maupun Dedi mengaku hingga saat ini belum mendapat bantuan sembako dari pemerintah.
Baca juga: Terbongkar, Tyson Disebut Telah Bercinta dengan 1500 Wanita, 15 Orang Sehari
Mereka menyebut sejumlah warga di RW daerah masing-masing telah menerimanya, namun bantuan belum terdistribusi dengan merata.
Berdasarkan pantauan Ayobandung - jaringan Suara.com -, terlihat para manusia karung semakin ramai dijumpai menjelang sore hari. Mereka dapat ditemui mulai dari Jalan Siliwangi, Jalan Tamansari, sekitaran Gasibu, Gedung Sate dan Masjid Istiqomah, hingga di sepanjang Jalan L.L.R.E Martadinata (Riau).