Berita viral terbaru : Sosok Helen Keller seorang pejuang advokat pionir perjuangan hak asasi orang difabel.
Padangkita.com – Menjadi sosok yang terlahir dalam keadaan tidak sempurna tidaklah menjadi suatu halangan. Walau membutuhkan usaha lebih dari orang normal, bukan berarti orang dengan ketidaksempurnaan fisik tidak bisa sukses.
Hal ini dibuktikan oleh seorang advokat pionir perjuangan hak asasi orang cacat, Helen Keller. Wanita kelahiran Tuscumbia, Alabama ini menderita penyakit yang membuatnya tuli, bisu, dan buta pada usia 19 bulan.
Hingga untuk membantunya dalam beraktivitas, keluarganya mempekerjakan Anne Sullivan. Tak tanggung-tanggung Sullivan bekerja pada keluarganya selama 70 tahun sejak 1866-1936. Lulusan Institut Perkins untuk orang-orang tunarungu ini menjadi guru privatnya di rumah.
Hebatnya dalam waktu 2 minggu, Helen mengerti kata "air" yang Anne peragakan dengan isyarat tangannya.
Hingga pada 1900, Hellen masuk Radcliffe College. Sosok Sullivan selalu setia mendampinginya dalam semua kelasnya. Kemudian nantinya Sullian akan menerjemahkan kuliahnya dengan isyarat tangan.
Helen pernah diminta menulis autobiografinya oleh Ladies Home Journal, hingga bukunya berjudul The Story of My Life muncul tahun 1902.
Ia berhasil lulus dengan cum laude pada 1904. Perjalanan hidupnya semakin membaik saat gubernur menunjuk Hellen Keller untuk State Commission for the Blind.
Ia dan Macy aktif mengumpulkan dana dengan menjelajahi negara. Hingga Sullivan dan Macy menikah tahun berikutnya, mereka tetap bersama-sama hingga tahun 1913.
Baca juga: 5 Negara yang Tidak Akan Dikunjungi Ratu Inggris, Ini Alasannya
Tahun 1924, Keller ditunjuk sebagai juru bicara American Foundation for the Blind (AFB). Dia terlibat dalam berbagai gerakan reformasi sosial, termasuk penghapusan tenaga kerja anak-anak dan hukuman mati.
Setelah Macy meninggal tahun 1936, Thomson menjadi rekan Keller. Awalnya Mary Agnes Thomson (1885-1960) bergabung dengan rumah mereka, sebagai pengurus rumah tangga.
Tahun 1930-an, Keller secara efektif melobi Washington atas nama AFB, yang membantu mendapatkan berbagai sumbangan.
Seperti pelayanan buku-buku percakapan dan bacaan untuk tunanetra yang didanai oleh pemerintah federal.
Hellen bahkan berhasil membuat tunanetra dimasukkan sebagai kategori yang dijamin di bawah Ayat X Undang-Undang Jaminan Sosial (Social Security Act).
Selama Perang Dunia II, Keller banyak terlibat aksi moral dengan melakukan perjalanan membangun moral rumah sakit militer.
Ia bahkan sempat melakukan perjalanan mengajar ke Afrika Selatan, Timur Tengah, dan Amerika Latin, untuk orang-orang yang cacat visual.
Baca juga: Ini 9 Artis Pria Berdarah Minang yang Sukses Bikin Hati Wanita Meleleh
Hingga Hellen memutuskan pension dari kehidupan publik setelah kematian Thomson tahun 1960.
Tahun 1964, dia dianugerahi Presidential Medal of Freedom oleh Presiden Lyndon Johnson (1908-1972). Namanya bahkan dibuat dalam 2 film documenter yaitu Deliverance (1918) dan Helen Keller in Her Story (1954). [*/Nlm]