Berita viral terbaru : berbagai aturan kehidupan di Korea Utara, termasuk larangan memakai lipstik berwarna merah.
Padangkita.com - Tampil cantik dengan bantuan riasan wajah sudah menjadi hal lumrah bagi sebagian wanita.
Untuk menunjang penampilan agar tidak terkesan menor, sebagian perempuan bahkan hanya menggunakan bedak dan lipstik. Pilihan warna lipstik yang digunakan pun harus diperhatikan agar tidak terkesan ‘salah’.
Tapi tentunya hal ini tidak berlaku bagi mereka yang suka mengeksplorasi hal baru. Pemilihan warna pemerah bibir yang menyala bahkan gelap sekalipun tidak menjadi persoalan.
Bahkan hal tersebut tak jarang disebut fashion. Seperti beberapa bintang Hollywood ataupun bintang negara ginseng, Korea Selatan.
Baca juga: Anunya Gatal Setelah Berhubungan Badan, Wanita Ini Gugat Cerai Suaminya
Dalam beberapa cuplikan videonya, tanpa canggung perpaduan warna lipstik yang gelap ataupun merah menyala ataupun kombinasinya menjadi pilihan.
Kebebasan dalam memilih tersebut tampaknya tidak berlaku bagi wanita di Korea Utara. Segala sesuatunya di atur ketat oleh negara termasuk busana, hingga riasan.
Dalam kehidupan masyarakatnya tampil cantik termasuk pemberontakan bagi negara. Hal ini dikemukakan oleh Kang Nara, seorang warga Korea Utara yang berhasil melarikan diri ke Korea Selatan pada tahun 2015.
Ia menceritakan saat di kampung halamannya di Chongjin, Provinsi Hamgyong utara, ia tidak pernah menggunakan riasan seperti saat ia menjadi blogger kecantikan saat ini.
Ia menjelaskan bahwa pemerintah Korea Utara melarang penggunaan lipstik berwarna merah.
Ia menduga dikarenakan warna merah melambangkan kapitalisme, itulah sebabnya pemerintah setempat melarang menggunakan warna merah sebagai pewarna bibir.
Dalam ceritanya, Kang Nara menggambarkan sebagian besar masyarakat disana hanya diperbolehkan memakai warna terang di bibir, seperti merah muda, tapi tidak untuk warna merah.
Aturan lainnya yang harus diikuti yaitu rambut panjang harus diikat rapi, atau dikepang.

Ilustrasi. [Foto: Pexels]
Setiap kali Kang Nara berdandan, orang-orang tua di kampunya akan mengatainya sebagai budak kapitalisme. Sehingga ia lebih memilih untuk berjalan melalui lorong-lorong bukan jalanan utama.
Alasannya tentu saja untuk menghindari polisi mode di Korea Utara yang berpatroli setiap 10 meter. Polisi mode tersebut akan menindak pejalan kaki karena penampilan mereka, tidak mengizinkan memakai cincin, gelang serta beberapa aksesoris lain.
Baca juga: Pengakuan ASN Selingkuh yang Pingsan dalam Mobil Tanpa Celana: Kelelahan
Bila mengenakan pakaian yang dianggap terlalu Barat, seperti rok mini, kemeja dengan tulisan inggris, atau celana jeans ketat dapat dikenakan denda ataupun hukuman yang berbeda tiap daerah.
Jangmadang merupakan julukan bagi pasar lokal Korea Utara yang menjual produk rumah tangga, buah, dan pakaian.
Disini juga merupakan sumber produk illegal hasil selundupan dari luar negeri tersebut. Di Jangmadang juga menjual stik USB berisi film dan video music popular dari Korea Selatan.
Harga yang ditawarkan pun lebih mahal dibandingkan buatan Korea Utara. Bahkan untuk satu maskara atau lipstik setara dengan beras selama dua minggu.
Namun saat ini, wanita berusia 22 tahun ini telah bebas dari aturan yang mengikatnya tentang aturan pribadi seperti riasan. Kini ia bebas menggerai rambut bergelombangnya, serta memakai lipstik merah koral serta tambahan perona oranye di pipinya. [*/Nlm]