Inok

Inok

Yusrizal KW. [Foto: dok.pribadi]

Mempertimbangkan dalam-dalam, merenungkan baik-baik, merasa-rasai dengan hati, memikirkannya berulang kali, bisa disebut: “inok”.

Karena itu, kalau ada orang tiba-tiba minta berhenti bekerja karena ada tawaran tempat lain, ada yang berkata begini: inok-inok an lah dulu (renungkanlah dulu), pertimbangkan dalam hati dan pikiran jernih, apa betul kita akan menjadi lebih sejahtera dan baik di tempat yang baru. Jangan terburu-buru, nanti menyesal.

Kata “inok”, sebuah kata yang oleh orang Minang, memang bermakna mendalam, sebuah anjuran bahwa segala sesuatu itu jangan serta merta, jangan tergesa, untuk memutuskan. Kadang dalam keadaan emosional, seseorang tidak lagi punya “ruang inok” untuk membaca hati dan pikiran dalam dirinya. Sehingga setiap keputusan yang telah diambil, kala terasa salah, justru sesal yang didapat.

Orang tua kita yang bijaksana, ketika ada persoalan, ia dimintai pendapat untuk memberi solusi bijaksana, tak jarang mereka menjawab, “Ambo akan mainok an dulu (Saya akan merenungkan/memikirkannya)”. Ini artinya, kata “inok”, ibaratnya, kita memiliki kekuatan untuk memberdayakan keputusan atau pendapat dengan cara yang digerakkan oleh hati dan pikiran: Sebuah perenungan yang melahirkan sesuatu yang bisa diterima dengan jernih.

Kalau orang datang kepada kita untuk memastikan keputusannya benar, maka dia akan berkata kurang lebih begini, “Setelah ambo inok-inok i elok-elok, ambo mamilih indak jadi manyalang kepeang nan bungonyo gadang tu (Setelah saya renungkan baik-baik, saya memilih tidak jadi meminjam uang yang bunganya besar itu)”.

Kita orang Minang ini, mendengar kata “inok”, sama artinya kita sudah menerima jawaban, itulah yang sesungguhnya. Hal yang dikemukan berdasarkan “inok”, biasanya, pilihan tepat. Tidak ada hal lain yang bisa menyela atau meruntuhkan. Paling-paling ada tawaran lain, “Cubolah inok an sakali lai (Cobalah renungkan/pikirkan sekali lagi)”. Biasanya, orang yang menganjurkan coba sekali lagi memikirkan, tak lain, ingin memastikan kekuatan keputusan atau jawaban atau hal yang dilakukan kemudiannya.

Kalau tainok, ini artinya, sesuatu yang serta merta, tiba-tiba membuat kita merenung. Oleh kata-kata, oleh sikap seseorang yang langsung mengena di hati, kita kadang berpikir atau merenung tentang sesuatu. “Lamo den tainok dek kato-kato Pak Guru tadi (Lama saya termenung oleh perkataan Pak Guru tadi).” Mungkin, kata-kata yang disampaikan Pak Guru, kalimatnya kuat, memiliki energi positif, bisa menggugah hati agar berubah. Bisa saja, Pak Guru menyampaikan, kata-kata bijak, yang menyindir kita kebanyakan, seperti: Anak minta balanjo sakali-sakali limo ribu rupiah, indak lo dapek. Awak bali rokok babungkuih-bungkuih, manyabuik iduik susah pulo (Anak minta belanja Rp5000 sekali-sekali tidak pula dapat, kita beli rokok berbungkus-bungkus, suko pula menyebut hidup ini susah).

Kembali menyebut kata “inok”, kita kadang merasakan kata ini, memiliki kekuatan yang menyiratkan, segala keputusan atau tindakan, sebaiknya melalui sebuah proses yang matang dari dalam diri kita. Sehingga, kebaikan, akan dipahami bergerak dari ruang dalam diri, yang kemudian memancar, sebagai sebuah kenyataan, dimana sebuah orang bisa menerima dan menikmatinya dengan senang hati.

Baca juga: Amba

Kadang, banyak kita kurang menyadari makna yang terpaut di dalam kekuatan kata “inok”, sehingga yang kita rasakan, hidup ini terasa tidak berpihak baik, terasa ada yang kurang pas dan tidak tepat. (*)


Penulis: Yusrizal KW, dikenal sebagai penulis cerita pendek dan telah melahirkan tiga buku kumpulan cerpen. Pernah menjabat Redaktur Budaya Harian Padang Ekspres 2005 – 2020.

Baca Juga

Lebih Berupa Kebijakan dan Payung Hukum, Ini Rekomendasi Hasil Kongres Bahasa Indonesia XII
Lebih Berupa Kebijakan dan Payung Hukum, Ini Rekomendasi Hasil Kongres Bahasa Indonesia XII
Puan Bangga, Lagu Tak Tong Tong dan Baju Adat Minang Bawa TRCC Juara Internasional
Puan Bangga, Lagu Tak Tong Tong dan Baju Adat Minang Bawa TRCC Juara Internasional
Puan Dorong Pemerintah Perjuangkan Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Internasional
Puan Dorong Pemerintah Perjuangkan Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Internasional
Mengenal Istano Basa Pagaruyung, Pusat Kejayaan Minangkabau di Masa Lalu (1)
Mengenal Istano Basa Pagaruyung, Pusat Kejayaan Minangkabau di Masa Lalu (1)
Bertemu Mahyeldi, Wamenkumham Ungkap akan Akomodasi Hukum Adat Minang dalam RKUHP
Bertemu Mahyeldi, Wamenkumham Ungkap akan Akomodasi Hukum Adat Minang dalam RKUHP
Sejalan dengan Progul, Gubernur Mahyeldi: KAN Penjaga Eksistensi Nagari dan ABS-SBK
Sejalan dengan Progul, Gubernur Mahyeldi: KAN Penjaga Eksistensi Nagari dan ABS-SBK