Berita viral terbaru: Tujuh daerah ini memiliki tradisi pernikahan yang memakan banyak biaya. Mulai dari pelaksanaannya yang bertahap-tahap hingga mahar yang tergolong mahal.
Padangkita.com - Sebagai negara kepulauan dengan jumlah suku bangsa yang banyak, Indonesia kaya akan budaya, bahasa, serta adat yang beraneka ragam.
Adat tersebut sudah diwarisi sejak dulu kala secara turun temurun dan sudah mendarah daging bagi bangsa Indonesia. Maka tak heran jika adat tersebut hingga kini masih dipegang teguh oleh para generasi selanjutnya.
Bicara soal adat-adat suku bangsa di setiap daerah di Indonesia, ada beberapa hal yang sangat menarik untuk dibicarakan. Salah satunya ialah mengenai tradisi pernikahan yang mereka anut.
Setiap daerah memiliki adat tersendiri dalam menggelar upacara pernikahan, termasuk juga mahar yang harus ada dalam pernikahan tersebut.
Menariknya, tujuh daerah di Indonesia ini memakan biaya pernikahan yang begitu besar dan mahar yang tergolong mahal.
Baca juga: Cerita Ritual Sati, Ritual Membakar Diri oleh Janda yang Ditinggal Mati Suami
Oleh sebab itu, calon pengantin harus menyediakan uang dalam jumlah yang cukup untuk melakukan serangkaian tradisi tersebut.
Mau tahu daerah apa saja yang memiliki tradisi dan mahar paling mahal? Berikut ulasannya dikutip dari berbagai sumber.
Adat Minangkabau (Sumatra Barat)
Berbeda dengan suku lain di Indonesia, masyarakat Minang memegang tradisi matrilineal. Artinya, garis keturunan nantinya akan mengikuti garis keturunan pihak wanita.
Maka sebelum pernikahan, pihak wanita yang melakukan lamaran dan pihak pria yang akan dijemput ke lokasi pernikahan.
Pada adat Minangkabau, perempuan-lah yang harus menyambangi rumah calon mempelai pria.
Baca juga: Ini 8 Tanda Tangan Anggota Kerajaan Inggris yang Sederhana Tapi Elegan
Dalam rangakaian upacara adatnya, ada namanya Malam Bainai oleh mempelai perempuan, yaitu ritual unjuk kasih sayang pada para sesepuh sebelum pernikahan dengan menghias tangan perempuan dengan inai (pacar).
Kemudian dilanjutkan dengan Manjapuik Marapulai, yaitu parade atau arak-arakan penjemputan pengantin pria ke tempat pernikahannya.
Salah satu prosesi yang membantu biaya pernikahan adalah tradisi Babako-Babaki.
Tradisi ini dilakukan beberapa hari sebelum akad nikah dan resepsi. Calon pengantin perempuan berkunjung ke keluarga ayahnya untuk diberi nasihat serta bantuan seperti sirih, makanan adat, pakaian dan perhiasan, serta bahan makanan mentah.
Besaran biaya yang harus disiapkan dapat mencapai angka Rp150 juta lebih untuk upacara adat Minangkabau.
Adat Karo (Sumatra Utara)
Dalam pernikahan adat Karo, ada banyak tahapan yang harus dilalui pasangan sebelum serta setelah mereka menikah.
Menurut berbagai sumber, terdapat tiga tahapan yang harus dijalani, yakni persiapan, hari pesta, dan setelah menikah.
Persiapan saja meliputi beragam acara, misalnya Sitandan Ras Keluarga Pekepar, Mbaba Belo Selambar, dan Nganting Manuk.
Setelah itu, saatnya hari pesta adat, yang meliputi Persadan Tendi.
Lalu, sesudah pesta adat, agendanya meliputi Ngulihi Tudung dan Ertaktak.
Rangkaian adat yang banyak ini sudah pasti mengeluarkan biaya yang cukup mahal. Bisa lebih dari Rp50 juta bahkan ratusan juta rupiah yang harus dikeluarkan.
Adat Nias (Sumatra Utara)
Nias adalah salah satu daerah yang menerapkan adanya mahar untuk pernikahan.
Ini memang sudah jadi adat dan kebiasaannya.
Mahar yang diberikan kepada pengantin pun tak main-main, utamanya soal biaya.
Biasanya, warga setempat menerapkan standar mahar setara dengan 25 ekor babi.
Selayaknya kambing, babi pun punya pasaran harga yang cukup mahal, yakni mencapai 1-2 juta rupiah per ekor.
Bayangkan, kalau yang dibutuhkan adalah 25 ekor, maka budget yang dikeluarkan hampir Rp50 juta. Belum lagi untuk biaya lainnya.
Adat Bugis (Sulawesi Selatan)
Suku Bugis memiliki proses persiapan pernikahan yang cukup panjang dan melibatkan banyak orang.
Salah satu langkah adat yang harus dijalani adalah Mappaiseng dan Mattampa, yaitu penyebaran informasi pada seluruh orang di desa mengenai pernikahan yang akan diselenggarakan.
Proses ini dilakukan sebagai bentuk permohonan bantuan dan doa untuk kelancaran acara.
Selain itu, besaran mahar yang diberikan harus sesuai dengan tingkatan pendidikan mempelai wanita.
Jadi, kisaran biaya untuk melakukan upacara pernikahan adat Bugis berada di angka lebih Rp100 juta.
Mahar masyarakat Bugis umumnya diukur dari derajat dan status sosial yang melekat di diri seorang pria yang hendak meminang perempuan.
Misalnya pria yang berpendidikan tinggi, dia akan dikenai mahar lebih tinggi dibanding yang pendidikannya rendah.
Maharnya pun kabarnya mencapai 75 juta rupiah.
Adat Banjar (Kalimantan Selatan)
Pengantin yang ingin menikah menggunakan upacara adat Banjar harus menyiapkan biaya lebih saat memberikan mahar atau dalam bahasa Banjar disebut Maatar Jujuran.
Berdasarkan perhitungan masyarakat setempat, mahar berupa uang atau emas dipatok antara Rp 5 juta hingga 20 juta, dan itu belum termasuk barang-barang lamaran lainnya.
Selain itu, besaran mahar juga menentukan banyaknya tamu yang akan diundang.
Kalau dihitung, calon pengantin yang ingin melaksanakan upacara adat Banjar harus menyiapkan biaya setidaknya Rp 80 juta.
Bagi Anda yang berasal dari Banjar, Kalimantan Selatan, pasti tidak asing dengan istilah Jujuran.
Sama seperti umumnya adat di Indonesia, pihak laki-laki harus memberikan sejumlah uang pada calon mempelai perempuan.
Dalam adat Banjar, uang Jujuran ini nantinya digunakan untuk keperluan pesta pernikahan serta perlengkapan rumah tangga untuk digunakan oleh kedua mempelai nantinya.
Jadi pada dasarnya uang Jujuran merupakan modal berumah tangga yang disediakan oleh pihak laki-laki karena nantinya pengantin laki-laki yang akan menjadi kepala rumah tangga.
Adat Bali (Bali)
Menggelar pernikahan di Bali bisa sampai puluhan juta, bahkan rata-rata 70 juta rupiah karena di sana banyak pernak-pernik dan aksesori yang diperlukan, semisal sesajen.
Belum lagi dekorasi yang mayoritas terbuat dari daun kelapa. Untuk biaya itu saja orang bisa mengeluarkan 10 juta rupiah.
Adat Sasak (Lombok)
Pernikahan khas adat Sasak bisa dikatakan unik jika dilihat dari urutan prosesinya.
Hal ini karena sebelum dilakukan pernikahan calon pengantin laki-laki akan menculik calon pengantin perempuan dan dibawa ke rumah keluarganya. Tradisi ini disebut sebagai memari’.
Setelah itu, pihak keluarga laki-laki akan datang ke rumah keluarga perempuan untuk memberitahukan bahwa anak gadisnya berada di rumah mereka.
Selanjutnya kedua keluarga akan melakukan proses tawar menawar mahar dan biaya perkawinan.
Bagai masyarakat Sasak, keluarga perempuan akan tersinggung jika ada laki-laki yang langsung datang tanpa menculik terlebih dahulu.
Mereka menganggap tindakan seperti ini tidak menghargai anak perempuan mereka karena tawar menawar mahar tanpa menculik terkesan seperti hendak membeli anak mereka.
Adapun perhitungan jumlah mahar di masyarakat Sasak disesuaikan dengan jarak dari rumah keluarga perempuan ke keluarga laki-laki.
Misalnya, berapa jembatan atau berapa masjid yang dilewati sehingga bagi pasangan pengantin yang berdomisili di kampung yang sama biaya maharnya lebih murah, yaitu Rp500 ribu hingga Rp1 juta.
Sementara bagi pasangan yang berbeda kampung atau kota biaya maharnya bisa mencapai puluhan juta, tergantung jarak.
Proses tawar menawar mahar ini pun melibatkan banyak pihak seperti pejabat desa atau kepala desa.
Di Kampung Sade, Lombok Tengah, mahar untuk meminang perempuan di desa ini ditentukan berdasarkan berbagai faktor.
Mulai dari jauhnya jarak rumah, status kebangsawanan, serta tingkat pendidikan dan pekerjaannya.
Kalau perempuan yang dilamar sudah mapan bekerja, mahar yang harus disiapkan dapat berkisar antara Rp 10 juta hingga Rp 250 juta. Duh, itu belum termasuk proses tradisi dan biaya pesta pernikahan, lho.
Di Lombok, Nusa Tenggara Barat, biaya pernikahan juga dipatok cukup mahal. Mereka umumnya masih mempertahankan urutan acara atau rentetan tradisi.
Belum lagi ada peraturan yang kabarnya kalau pengantin menikah dengan orang di luar kampung atau orang yang rumahnya berjarak lebih dari 20 kilometer, bakal dikenakan biaya cukup mahal.
Selain tujuh ada di atas, masih banyak adat pernikahan lain yang juga membutuhkan persiapan biaya yang cukup besar. [*/Jly]