Di hari yang sama, kurang lebih 27 kasus pneumonia dilaporkan di Wuhan. Lokasi itu diyakini menjadi tempat virus itu berasal. Saat Li memberitahu atasannya mengenai laporan dari temannya tersebut, atasannya itu hanya menganggukan kepala dan menyuruh Li untuk melanjutkan penelitiannya.
Pada 9 Januari lalu, WHO baru mengeluarkan pernyataan mengenai Covid-19.
"Menurut pihak berwenang China, virus yang dimaksud dapat menyebabkan penyakit parah pada beberapa pasien dan tidak mudah menular antar-orang. Ada informasi terbatas untuk menentukan resiko keseluruhan klaster yang dilaporkan ini."
Usai pernyataan WHO tersebut, Li mengatakan temanya yang memberikan laporan sebelumnya tentang virus di Wuhan, akhirnya tutup mulut. Tak hanya itu, rekan-rekan ilmuan lainnya juga memperingatkan Li untuk tidak bertanya tentang detail terkait virus tersebut.
Namun, beberapa sumber mengatakan kepadanya bahwa jumlah penularan dari manusia ke manusia meningkat secara eksponensial. Tetapi ketika ia melaporkan temuan lebih lanjut kepada atasannya, atasannya itu meminta Li untuk tetap diam, dan berhati-hati.
"Jangan menyentuh garis merah," kata Li kepada Fox News, merujuk pada pemerintah.
"Kami akan mendapat masalah dan kami akan menghilang," sambungnya.
Tak hanya itu, Li juga mengklaim bahwa Profesor Malik Peiris, co-direktur laboratorium yang berafiliasi dengan WHO, mengetahui tentang penyebaran penyakit itu tetapi tidak bertindak. Lantaran hal itu, Li mengaku sangat frustasi, meski dirinya tahu bahwa hal itu bisa terjadi.
Baca juga: Bantuan Kemanusiaan untuk Suriah Terancam Terhambat Disalurkan
"Saya sudah tahu itu akan terjadi karena saya tahu korupsi di antara organisasi internasional seperti WHO kepada pemerintah China, dan Partai Komunis China," katanya.
"Jadi pada dasarnya saya menerimanya tetapi saya tidak ingin informasi yang menyesatkan ini menyebar ke dunia."