Berita viral terbaru: Seorang pendeta Kanada yang dengan bangga mengaku sebagai transgender dipecat atas dasar teologis.
Padangkita.com - Pendeta adalah sebutan bagi pemimpin agama Kristen Protestan. Kedudukannya dalam masyarakat kristiani begitu diagungkan layaknya seorang guru yang patut diteladani dan dihormati.
Seorang pendeta memiliki kewajiban untuk menentukan suasana jemaat sehingga para jemaat dapat lebih giat memenuhi panggilannya dalam mempelajari dan melaksanakan perintah Tuhan.
Pendeta juga terlibat langsung dalam proses belajar mengajar secara langsung, yaitu pada kelas Khatekhisasi, kelas teologi, jemaat, dan mimbar.
Namun, bagaimana jadinya jika seorang pendeta dianggap melanggar ajaran dalam teologi? Teologi di sini merupakan ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama.
Melanggar ajaran teologi bagi seorang pendeta merupakan kesalahan fatal yang tak bisa ditoleransi. Bahkan pendeta tersebut bisa dipecat secara tidak terhormat karena alasan teologi.
Seperti misalnya yang terjadi pada pendeta di Kanada. Pendeta bernama “June” Joplin itu dipecat setelah pengakuannya yang mengejutkan publik.
Ia mengaku sebagai wanita transgender atau waria dalam layanan khotbah yang dibawakannya secara online di Gereja Baptis Lorne Park di Mississauga, Ontario.
“Aku ingin kau mendengarku ketika aku memberitahumu bahwa aku tidak hanya sebagai pendeta biasa. Aku seharusnya menjadi seorang wanita transgender,” kata Joplin seperti dikutip Fox News.
“Teman-temanku, keluargaku, namaku Junia. Kamu bisa memanggilku June. Aku wanita transgender,” tambah pendeta yang berasal dari North Carolina itu.
Baca juga: Penampakan Toilet Zaman Kuno, Netizen: Bayangkan Kalau Jatuh Gimana?
Pengakuan kontroversial itu lantas membuat sebagian besar anggota jemaat memilih untuk mengakhiri kontrak Joplin. Umumnya jamaat menolaknya dengan alasan Tuhan tidak menghendakinya.
“Gereja melakukan perjalanan selama sebulan terakhir melalui proses upaya untuk membedakan kehendak Tuhan yang dihasilkan dari pengumuman pada Juni lalu, bahwa dia adalah seorang wanita transgender,” kata pihak gereja tempat Joplin mulai memimpin pada 2014 lalu seperti dikutip CBC News.
“Setelah satu bulan diskusi antara Joplin dan jemaat, ditentukan, untuk alasan teologis, bahwa Tuhan tidak akan menghendaki jika Joplin tetap sebagai pendeta kami,” imbuhnya.
Menanggapi hal itu, Joplin mengaku terkejut dan kecewa mendengar gereja menunjuk pada alasan-alasan teologis.
Ia mengatakan bahwa ia mempekerjakan orang-orang LGBTQ + sebelumnya, dan memberitakan pesan inklusif untuk umpan balik positif.
“Saya menyadari bahwa banyak orang Baptis tidak akan mempekerjakan seorang wanita transgender sebagai pendeta,” kata Joplin.
“Tapi Lorne Park tidak pernah secara eksplisit menunjukkan bahwa mereka adalah salah satu dari gereja-gereja itu sampai hari ini, ketika mayoritas terkecil mengambil keputusan itu untuk semua orang,” tambahnya.
Menurut Joplin, denominasi gereja Baptis Kanada dari Ontario dan Quebec, menahbiskan wanita sejak 1948 dan merupakan denominasi yang lebih moderat secara teologis dibandingkan dengan banyak gereja Baptis di Amerika Serikat.
Baca juga: Pewaris Tahta Kerajaan Belanda Disebut Gemuk
“Tetapi seperti semua gereja Baptis, kami tidak setuju atau berbagi pendirian yang seragam tentang banyak masalah teologis,” ujar Joplin.
Kendati demikian, Joplin tetap bersyukur atas tanggapan langsung gereja terhadap khotbahnya yang akan datang.
“Saya berterima kasih kepada mereka, dan saya ingin mengakui betapa baik dan hormat setidaknya bahasa mereka,” kata Joplin.
“Tidak ada yang sengaja salah menuduh saya atau melakukan sesuatu yang tidak sopan secara sengaja, sehingga ada rahmat dan kebaikan melalui seluruh proses," pungkasnya. [*/Jly]