Motor yang mereka kendarai adalah motor yang telah dimodifikasi yang dipenuhi sayuran, kelapa muda, dan pakaian mereka.
Keduanya tak mengenakan alas kaki, memakai pakaian seadanya bersama balita berambut pirang yang tertidur di dalam gendongan sang istri.
Kepada Kompas, Mikhail mengatakan, semua pintu masuk menuju Rusia ditutup sehingga ia dan keluarga kecilnya tidak bisa meninggalkan Indonesia.
"Sebelumnya kami berada di Malaysia, kemudian kami terbang ke Indonesia. Rencananya, kami hanya dua hari berada di Indonesia dan akan kembali ke Malaysia.
Tetapi, karena Malaysia lockdown, kami memutuskan ke Bali (lewat NTB)," ujar Mikhail.
Mikhail menjelaskan, dalam situasi tak menentu, sulit untuk pulang ke negaranya, sedangkan biaya hidup semakin menipis.
Akhirnya, ia dan istrinya memutuskan untuk mengamen, menerima pemberian orang yang menikmati musiknya untuk membeli makan.
"Saya main musik di Bali, tapi polisi melarang kami, padahal itu untuk membeli makanan dan biaya hidup.
Kami punya uang hanya untuk satu bulan kami tinggal di Bali. Kemudian kami ke Lombok mencari peluang ngamen, tapi di sini juga sama pintu ditutup," ujar Mikhail.
Lebih lanjut WNA asal Rusia itu mengatakan, ia juga khawatir jika harus berpindah-pindah karena situasi yng tidak aman bagi kesehatannya, istri, dan anaknya.
Kata Mikhail, meski dilarang pemerintah mengamen dan mendapatkan uang untuk menyambung hidup, tetapi warga di Indonesia membuatnya nyaman.
"Muslim di Lombok dan di Asia sangat baik dan respek dengan kami, sangat bersahabat, mereka Muslim yang hebat," ujarnya.
Kini ia dan keluarganya pun akan segera melakukan penyeberangan ke Bali untuk selanjutnya menemui Konsulat Rusia. [*/Jly]