Berita viral terbaru: Tjoa Teng Hui, pria yang sebelumnya berprofesi sebagai tambal ban, kini telah sukses dengan miliki 8 perusahaan dan 6 pabrik.
Padangkita.com - Menjadi sukses nyatanya tidak bisa dilakukan dengan mudah. Orang suskes biasanya telah melalui jalan panjang dan rintangan sehingga mereka dapat seperti sekarang, Tjoa Teng Hui contohnya.
Pria yang akrab disapa Ateng nyatanya dulu adalah mantan tukang tambal ban. Ia mejalani profesinya sebagai tambal sejak SMA di usia 22 tahun.
Tak hanya itu, ia kerap menerima cibiran karena bersekolah dengan usia di atas teman-temannya dan menjadi tukang tambal ban.
Jalan yang dilalui Ateng berhasil mengantarkanya menjadi seperti sekarang. Kini Ateng telah mampu membuktikan dirinya dengan kesuksesan yang berhasil ia raih.
Tak tanggung-tanggung, Ateng yang dulu tukang tambal ban, kini berhasil sukses dan memiliki 8 perusahaan dan 6 pabrik.
Sebagai anak anak keempat dari lima bersaudara yang tinggal di Samarinda, Ateng besar dari keluarga sederhana.
Ayahnya memiliki satu toko yang menjual berbagai onderdir mobil dan becak. Kala itu Ateng yang baru berusia 3,5 tahun harus kehilangan adiknya yang 1 tahun dan sang ayah tercinta berpulang pada Sang Pencipta.
Di saat keterpurukan itu, ibundanya juga tak mampu meneruskan usaha yang tersisa. Ateng dan ibunya menjalani keterpurukan tanpa pendamping hidup. Bukannya keadaan semakin membaik keluarga Ateng justru jadi miskin.
Ateng kecil dan saudaranya sulit untuk bersekolah lantaran ekonomi yang kurang baik. Untunglah ada kerabat dari ibunya yang merasa perihatin dan berusaha membantu mereka.
Baca juga: Ini 10 Orang Terkaya Tahun 2020, Gak Lagi Bill Gates
Pada usia 10 tahun Ateng mulai mengenal dunia pendidikan di sekolah dasar. Sehingga pada usia 22 tahun baru bisa menyelesaikan jenjang SMA. Ia menjadi murid tertua di angkatannya kala itu.
Hidup dengan serba kekurangan, sempat membuat Ateng prustasi dan jadi anak nakal. Ketika masih duduk di bangku kelas 4 SD, dia merasa minder diejek oleh seluruh teman sekelas.
Tekanan batin di usia remaja membuat Ateng memilih keluar sekolah dan sering membolos sekolah untuk jadi tukang tambal ban.
Hasil pendapatannya ia gunakan untuk membantu ibunda yang juga menderita krisis ekonomi. Selain itu, Ateng menjual rokok dan permen di toko, serta peralatan bekas peninggalan sang ayah.
Ateng memiliki tiga orang kakak yang kala itu mulai berusaha memulai bisnis masing-masing. Hal itulah yang membuat keinginannya untuk sukses semakin kuat. Dia tidak ingin keburu tua untuk memulai perjuannya menjadi sukses.
Seusai tamat SMA, Ateng memulai dengan berjualan alat listrik. Berkat belajar merakit onderdil sendiri, dia menjadi bercita-cita untuk dapat memiliki merek sendiri.
Ateng secara kreatif melakukan assembling, dengan membeli sparepart, baik dari dalam maupun luar negeri. Perlahan ia mulai merakit sendiri barang-barang tersebut. Barulah setelah mapan ia dapat membeli mesin pembuat.
Baca juga: Kisah Wanita Ditelan Jamban Jongkok
Tak berhenti di situ, Ateng semakin mengembangkan diri dan usahanya. Ia mulai mencoba berlanjut pada distribusi ke produksi. Berkat kegigihannya Ateng kala itu sudah menampakkan kesuksesan dan sudah bisa membeli mobil sendiri. Barulah dia berpikir untuk membangun rumah tangga.
Perlahan tapi pasti, Ateng kini bisa jadi pengembang produksi, mempunyai kilang minyak, memproduksi pipa listrik dan ducting. Perjuangan yang membuahkan 8 perusahaan dan 6 pabrik.
Selama proses meraih kesuksesan Ateng terus berpedoman pada 5 prinsip hidup yang selalu dipegangnya. Pertama, kejujuran. Menjadi sosok yang jujur, pasti memperlancar segala urusan harta dan sosial.
Kedua, jangan serakah. Ateng meyakinkan dirinya agar tidak boleh terikat pada nafsu keinginan. Hal tersebut ia lakukan agar dirinya dapat lebih bebas dan tak tertekan.
Selanjutnya, bekerja dengan ulet, harus semangat, dan kelima ialah berbuat kebaikan. Barulah diri Ateng bisa mencapai kebahagiaan dan menghapus penderitaan.
Perjalanan hidup dan perjuangan keras Ateng telah dituangkannya dalam karya tulis buku berjudul 'Kunci Kebahagiaan'.
Dia mengaku ingin menularkan pengalaman mencapai suksesnya, serta mengajak untuk jangan terbuai dengan nafsu harta, melainkan fokus untuk bisa bahagia dan membahagiakan. [*/Prt]