Ketika kuliah, Rusdi mulai menjalankan bisnis lain. Saat itu ia menjadi calo tiket di Bandara Soekarno-Hatta. Ketika itu karier bisnisnya meningkat. Di tahun 1990, ia dan kakaknya membuka usaha biro perjalanan ‘Lion Tour’.
Bisnisnya terus berkembang hingga tahun 1998. Kala itu, era reformasi membawa peluang bagi Rusdi untuk berada di puncak kariernya.
Berkat tabungan dari biro perjalanan miliknya, Rusdi dan saudara kandungnya, Kusnan Kirana, mampu membeli sebuah pesawat bekas.
Singkat kata, berawal dari moncernya biro perjalanan itu, sebuah perusahaan maskapai penerbangan bernama Lion Air lalu didirikan Rusdi dan Kusnan dengan modal nekat.
Rusdi tak berpikir apakah ia memiliki kemampuan dan keuangan yang cukup. Saat itu, ia hanya memiliki modal Rp 9 Miliar yang dia dapatkan dari keluarga dan tabungan biro perjalanannya.
Dengan modal itu, Rp 6,5 miliar dihabiskan untuk menyewa pesawat. Sedangkan sisa Rp 2,5 miliar lainnya ia gunakan sebaik-baiknya untuk perawatan pesawat, perekrutan karyawan, pemasaran, dan penjualan tiket.
Seragam pramugari Lion Air bahkan didesain sendiri oleh Rusdi dengan kain yang ia beli di sebuah pasar di Bandung.
Di tahun 2000, Rusdi mengajukan izin ke Kementerian Perhubungan. Tetapi idenya malah ditolak dan diremehkan, disebabkan karena Rusdi yang sama sekali tak memiliki latar belakang atau pengalaman di dunia penerbangan.
Baca juga: Diduga Jalani Praktik Prostitusi, Vernita Syabilla Minta Maaf
Meski diremehkan, Rusdi tak patah semangat. Menurutnya, selama ada kemauan dan kerja keras, tidak ada hal yang tak mungkin.
30 Juni 2000, Lion Air akhirnya resmi beroperasi dengan dua pesawat Boeing 737-200. Kedua pesawat itu melayani rute Jakarta-Pontianak dengan nama perusahaan PT Lion Mentari Airlines. [*/Son]